Di samping itu, tipe kulit saya memang sudah kering sedari remaja. Mengolesinya terus dengan alkohol hanya akan membuatnya semakin buruk.
Kedua, saya menghindari memegang-megang wajah—yang sangat sulit bagi saya karena sudah kebiasaan. Kalau benar-benar sudah tak betah, saya mengusap atau menggaruk wajah dengan tisu.
Waktu pas untuk check-in penerbangan jadi terasa sangat lama. Tidur saya jadi tidak nyenyak.
Denpasar
Di bandara I Gusti Ngurah Rai, kecemasan saya agak lebih tinggi. Saya mengingat berita yang disiarkan beberapa hari terakhir tentang acara ijtima' dunia Jamaah Tabligh zona Asia 2020 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang dibatalkan. Para peserta dengan jumlah ribuan yang sudah tiba di lokasi acara kemudian dipulangkan menuju daerah asal masing-masing. (Sumber)
Di bandara, saya berpapasan dengan beberapa kelompok jamaah. Beberapa oknum berdesakan—untuk tidak mengatakan mendesakkan tubuh—di counter lapor transit, tempat seharusnya kita mengantri dengan tertib. Saya bersikap tenang meski di hati agak dag dig dug. Di kepala, bermunculan informasi yang sudah saya dapatkan tentang betapa masifnya pasien covid-19 di beberapa negara di Asia sebelum Indonesia (belakangan muncul berita bahwa beberapa anggota jamaah terkonfirmasi covid-19 meninggal dunia).
Bandara I Gusti Ngurah Rai sudah mengatur physical distancing. Kursi-kursi diberi tanda silang untuk menjaga jarak duduk. Pengumuman disiarkan tiap beberapa menit sekali untuk mengingatkan para pelancong tentang kebersihan dan jaga jarak. Toko-toko juga menyediakan hand sanitizer di kasir.
Ada semacam perasaan terancam dan curiga terhadap manusia lain dan bahkan benda-benda.
Kita sedang menghadapi musuh yang tidak terlihat. Mereka bisa ada di mana saja, menyelusup ke tubuh kita dengan berbagai cara. Kehadiran manusia lain jadi bagaikan benalu, bikin risih. Menyedihkan.
Pesawat yang harusnya mengangkut saya delay berjam-jam. Pihak maskapai menyediakan makan siang yang dengan cemas dan buru-buru saya makan, supaya tak terpapar udara terlalu lama. Ya, memang coronavirus tidak dapat menular melalui udara—kecuali dalam beberapa tindakan medis, tetapi tetap saja, saya terpengaruh dengan cara orang-orang bergegas dan saling melirik curiga.