Mohon tunggu...
AA Diah Indrayani
AA Diah Indrayani Mohon Tunggu... Dosen - write with love

beginner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Surga dalam Neraka

29 Januari 2022   16:18 Diperbarui: 29 Januari 2022   16:25 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut ajaran agama Hindu yang diwahyukan kedunia dengan perantara para Rsi, maka segala baik buruk perbuatan ( Subha, Asubha Karma) akan membawa akibat tidak saja didalam hidupnya sekarang ini, tetapi juga di akhirat. Apabila baik perbuatanya, sudah barang tentu baik pula hasil yang akan didapatkan, baik didalam kehidupan sekarang, di akhirat, maupun didalam kehidupan yang akan datang.( tim penyusun, 1994 : 65)

Pada saat kematian, tinggalah jasmani yang tak berguna ini, yang pasti akan dibuang, tak ada bedanya dengan pecahan periuk. Nah itulah yang dipeluk oleh keluarga untuk sementara waktu, dan pada akhirnya mereka akan meninggalkan juga. Hanya itulah yang dapat dilakukan oleh sanak keluarga secara langsung. Maka dari itu, usahakanlah berbuat dharma atau kebaikan sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau mencapai alam kehidupan dan kebebasan abadi (sorga). ( Sudarta, 1979 : 15)

Jnana Marga adalah salah satu jalan dan usaha untuk mencapai kesempurnaan berupa dharma untuk mencapai Jgadita dan moksa dengan menggunakan kebijaksanaan filsafat yang disebut jnana. Didalam usaha untuk mencapai kesempurnaan dengan kebujaksanaan itu, terdapat para arif bijaksana atau jnanin yang berusaha mencapai dengan keinsavan, bahwa manusia adalah bagian alam semesta yang bersumber pada suatu sumber alam yang didalam kitab suci Veda disebut Brahma atau Purusa, dan didalam ajaran suci Caiwapaksa disebut Siva. (Punyatmaja, 1984 : 21)

Dan karena pada hakekatnya, hidup sekarang ini adalah sebenarnya hidup berbuat amal atau dosa (subha, asubha karma) dan diakherat itulah tempat untuk menikmati pahala perbuatan itu :  magsudnya adapun baik buruknya perbuatan sekarang itu diakheratlah dialami pahalanya. Setelah dinikmatinya, menjelmalah ia lagi disertai (oleh) bekas-bekas pahala perbuatan itu. Bekas-bekas (wasana) nama dari sisa-sisa perbuatan (samskara) itu. (punyatmaja, 1984 :20)  

Dan sorga dalam sekup yang lebih kecil dan yang benar-benar dapat kita rasakan keindahanya dalam kehidupan sehari-hari adalah sorga yang berasal dari dalam diri yang ditimbulkan dari sifat-sifat baik dalam diri yang nantinya melahirkan suatu kebahagiaan, ketentraman jiwa, atau kedamaian bagi diri sendiri dan orang lain.

Berdasarkan kumpulan definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimagsud sorga adalah suatu keyakinan umat beragama khususnya agama hindu.  Dimana sorga merupakan kegairahan hidup manusia dalam menerima dan memberi cinta kepada Tuhan dan manusia alam semesta dalam menerima dan memberi cinta kepada tuhan dan manusia ataupun mahluk sekitar. Walaupaun teramat sulit untuk mengapainya, namun pasti manis nanti buahnya yang akan kita petik dan rasakan.

2.2 Neraka

Seperti yang kita yakini setiap perbuatan pasti akan mendapatkan hasil, baik perbuatan, baik pula hasil yang akan kita dapatkan, buruk perbuatan, buruk pula hasil yang akan kita dapatkan. Banyak orang orang ataupun agama- agama di dunia yang menggambarkan sosok neraka yang digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak jauh didalam bumi, neraka adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan.

Di neraka terdapat kawah api yang terus berkobar-kobar yang panasnya seratus kali panas api bumi. Di sini roh-roh malang itu dipanggang. Di neraka juga disediakan jenis penyiksaan yang lain, misalnya ditusuk dengan tombak, atau dipecut dan masih banyak lagi penyiksaan yang mengerikan lainya ada disana. Di sana juga dikatakan roh-roh malang itu disiksa sesuai dengan besar kecil kesalahan yang dilakukanya selama masih hidup dimuka bhumi ini. Ada yang singkat, ada yang selama-lamanya.

Jika penghukuman dengan cara penyiksaan itu dilakukan oleh manusia atau oleh suatu pemerintahan didunia ini, maka ia akan dikutuk sebagai suatu orang atau pemerintahan yang tidak beradab, sangat kejam, sadis, dan tidak berprikemanusiaan sedikitpun.

Lalu apakah betul Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang menciptakan alat penyiksa atau melakukan penyiksaan dengan cara yang begitu kejam, kita tidak temukan gambaran itu. Dalam agama hindu sebagaimana dijelaskan sebelumnya, setelah mati jiwa kita akan moksa atau lahir kembali kedunia. Bila kita lahir kembali maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat-akibat dari perbuatan kita dari kehidupan yang terdahulu. Akibat baik, atau akibat buruk. Disini kita kenal kelahiran sorga dan kelahiran neraka.

Kelahiran sorga artinya dalam hidup ini kita menjadi orang yang beruntung dan bahagia. Kelahiran neraka artinya dalam hidup ini kita akan menderita dan mendapatkan banyak kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya, misalnya : karena sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghiyanatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka dunia ini.

Gambaran neraka yang begitu kejam tampaknya muncul ketika peradaban masih rendah dan kesadaran moral juga baru tumbuh, ketika itu manusia dipaksa untuk berbuat baik karena perbuatan buruk akan mendatangkan pembalasa yang sangat kejam. Dasarnya adalah rasa takut akan hukuman yang berlipat ganda. Ketika paradadaban sudah lebih maju dan kesadarn moral sudah lebih tinggi, manusia berbuat baik karena menyadari sepenuhnya perbuatan buruk atau perbuatan jahat, akan membawa penderitaan bagi orang lain. Dasarnya adalah cinta dan hormat terhadap hidup orang lain.

Menurut Dr. Franz Dhahler seorang rohaniawan katolik mengatakan istilah tradisional dan sedikit usang itu membawa gambaran yang tidak memuaskan sama sekali, karena berdasar kepada ajaran agama yang tidak dewasa, seakan-akan ditujukan kepada anak-anak kecil. Terbayang dalam benak kita semacam bangsal surgawi diatas langit, dimana kita bernyanyi dan terus memandang Tuhan yang berpakian cemerlang.

Neraka adalah tempat dimana manusia tidak bisa mencintai lagi, perang adalah neraka. Untuk menuju neraka amatlah mudah, bahkan kita ditawarkan dan dihadapkan kepada suatu kemewahan, keindahan, kesenagan, dan kepuasan pribadi dalam pencapaianya, namun sudah apasti biau yang pahit dan berdurilah nanti yang akankita peroleh. Demikianlah beberapa difinisi tentang hakiakat neraka menurut beberapa sumber.

2.3 Baik dan Buruk 

Baik dan buruk pada hakekatnya merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kita mengetahui hal itu baik apabila kita mengetahui unsur yang buruk terlebih dahulu, suatu hal dikatakan baik apabila ada hal yang disebut buruk. Baik atau kebaikan dan buruk atau keburukan pada hakekatnya merupakan suatu unsur yang membuat dunia ini menjadi hidup dan seimbang.

Dunia tidak akan dapat berjalan atau dunia tidak akan dapat seimbang apabila hanya kebaikan saja yang ada didunia ini. Maka mungkin saja kebaikan itu tidak akan pernah dianggap ada tanpa adanya hal yang disebut keburukan. Begitu juga sebaliknya dunia akan hancur apabila keburukan yang mengusai dunia ini tanpa adanya hal yang disebut dengan kebaikan. Oleh karena itulah antara kebaikan dan keburukan kerap kali dikatakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan suatu kesatuan.

Kalau ditanyakan secara mengkhusus tentang difinisi kebaikan banyak orang yang mengatakan kebaikan merupakan suatu yang berasal dari pikira, perkataan, ataupun perbuatan yang menyenangkan dan tidak merugikan orang lain itulah kebaikan, sedangkan keburukan merupakan segala sesuatu yang dapat membuat diri sendiri dan orang lain merasa tidak senang bahkansedih akan hal yang kita lakukan.

Bahkan didalam sarasamuscaya disebutkan bahwa dharma atau kebaikan merupakan jalan untuk mencapai ke sorga, seumpama perahu laju yang merupakan alat bagi saudagar- saudagar untuk melintasi samudra. Begitu juga sebaliknya keburukan merupakan jalan untuk mencapai neraka.(Sudartha,1983:9)

Dalam menentukan perbuatan yang baik dan buruk tidak selalu mudah dilakukan. Banyak perbuatan yang dirasa baik, menyenagkan dan menarik berakibat buruk pada akhirnya. Seorang penipu dapat saja berpura-pura baik dihadapan orang yang hendak ditipunya. Namun dibalik itu hatinya sangat buruk. Untuk itu hendaknya kita berhati-hati dalam menilai baik buruknya perbuatan seseorang. Baik buruknya perbuatan itu banyak dipengaruhi oleh magsud dan tujuanya. Namun demikian, magsud dan tujuan tidak cukup untuk mengarahkan perbuatan itu menjadi baik. Masih perlu dilengkapi dengan cara melaksanakan yang baik pula.

Magsud dan tujuan yang baik bila cara menampikan yang tidak baik, bisa jadi akan menjadi tidak baik pula. Seorang ibu yang bermagsud menyayangi anaknya adalah meerupakan suatu hal yang baik. Tetapi bila magsud baik tadi dilaksnakan dengan memanjakan si anak.maka cara yang demikian adalah tidak baik. Karena akibatnya si anak dapat menjadi anak yang tidak baik.

Berbuat baik perlu dibiasakan, diingat dan dilatih detiap saat. Dengan kebiasaan itu orang tidak banyakmelatih dirinya lagi. Dan iapun menjadi tidak mudah hanyut karena pengaruh dan dorongan orang lain. Karena telah memiliki ketetapan hati yang mantap, dan menjadi kebiasaanya. Tidak mudah orang melepaskan perbuatan yang telah menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Orang yang biasa tidur siang akan merasa kurang sehat apabila suatu saat dia tidak sempat tidur siang. Demikian pula dalam berbuat baik, seseorang akan mersa berdosa apabila suatu saat dia menyimpang dari perbuatan baiknya. Lihatlah lembu itu, karena kebiasaanya makan rumput sejak kecil, sampai matipun dia tidak akan mau dan tidak akan bisa makan daging.

Demikian pula halnya bagi perbuatan buruk. Bila tidak ada kehendak dari dalam diri sendiri untuk merubahnya, sulit sekali bagi orang lain untuk memaksakanya. Perbuatan yang tidak dilandasi oleh kemauan merupakan perbuatan yang terpaksa dan sering hanya bersifat pura-pura. Maka itu biasakanlah untuk selalu berbuat baik dan jauhkan diri dari perbuatan yang buruk. ( Tim Penyusun, 1999:59)

2.4 Kharmaphala

Kharmaphala berasal dari bahasa sansekerta yakni dari kata kharma dan phala. Dimana khama berati perbuatan, dan phala berarti hasil. Jadi kharmaphala merupakan hasil perbuatan. Tiada perbuatan tanpa hasil, demikian pula tiada hasil tanpa perbuatan. Antara perbuatan dan hasil tidak dapat dipisahkan. Adanya hasil karena melakukan perbuatan, karena perbuatan maka timbulah hasil. Pernyataan ini menjadi suatu hukum sebab akibat. Suatu sebab pasti akan ada akibat. Hukum rantai sebab akibat ini menjadi hukum kharma. Sedangkan hasil dari perbuatan itu sendiri disebut dengan kharmaphala.

Setiap mahluk yang hidup tidak dapat melepaskan diri dari perbuatan. Perbuatan yang dilakukan oleh manusia muncul dari tiga sumber, yakni, dari pikiran, perbuatan, dan kata-kata. Oleh karenaya setiap orang sepatutnya selalu waspada terhadap ketiga sumber itu, agar tidak menimbulkan dosa.(Wijaya, 2003:31)

Di dalam ajaran upanisad dijelaskan bahwa semua perbuatan akan memperoleh hasil, baik perbuatan itu bagus bagi masyarakat maupun perbuatan itu merugika masyarakat. Kedua hal ini akan memperoleh hasil baik didunia ini maupun didunia akhirat. Hukum kharma terkenal pula dengan hukum alam yang tiada dapat ditolak oleh siapaun. Orang harus tunduk pada hukum ini, karena setiap orang tidak dapat menghindarkan diri atau melarikan diri dari hukum kharma ini seperti tersebut dalam bait Bhagawadgita sebagai berikut:

            Matras parsas tu kauntea

            Sitasnasukhaduhkadah 

            Agama payeno nityas

            Tam titik sasva bharata 

Artinya :

Hubungan dengan benda jasmani oh arjuna menimbulkan panas dan dingin senang dan sedih dan semua itu datang dan pergi, tiada abadi karenanya pikulah wahai kunti putra.

Dari uraian Bhagavad gita sepwerti tersebut diatas bahwa timbulnya perasaan yang baik dan buruk adalah akibat sentuhan antara indria dengan dunia luar. Hal ini menyebabkan munculnya senang dan sedih tetapi hal ini tiada dapat dihindari dan setiap orang harus menerimanya sebagai suatu hukum kharma walapun berjalan hanya untuk sementara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun