Mohon tunggu...
Andi Maulana
Andi Maulana Mohon Tunggu... -

Editor Rosebook www.rosebook.org

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Yang!

7 Februari 2016   02:00 Diperbarui: 7 Februari 2016   04:04 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di meja ruang kerja Mister Brown, Suci menatap lekat mata biru Mister Brown yang indah persis Kucing Siam di rumahnya.

“Karena pernyataan Anda penuh kebencian Nona Suci yang cantik. Saya melihat dada Anda menyimpan potensi bom waktu yang akan meledak. Jika kita teruskan perdebatan ini, maka, tidak akan menjawab apa yang menjadi problem. Baik saya, atau pun Anda, malah membuat laut permusuhan lebih luas lagi. Saya menyukai nilai-nilai luhur di negara Anda ini. Sekarang, bahkan pemilihan presiden cepat dilakukan. Rakyat Anda semakin melek kebebasan. Cepat sekali pergantian presiden. Apa benar demikian Nona Suci?

“Saya sadar, sebenarnya Anda ini cerdas. Apa yang membuat Anda selalu membalik arah pertanyaan saya menjadi tiga ratus empat puluh tujuh derajat berbeda?” lanjut Mister Brown dengan napas terengah yang dicobanya sebisa mungkin diatur stabil.

“Proses nilai-nilai kebebasan yang ditanamkan oleh Anda kebablasan Mister Brown. Rakyat kami rakyat yang memiliki adat dan budaya ketimuran kuat, dan belum runtuh. Harap dicatat itu! Hormat dengan orang lebih tua, dan ini sungguh berbeda dengan negara Anda yang saya lihat memanggil Ibu dan Bapak dengan, YOU! Inikah kebebasan yang Anda maksud itu?”

“Lho, siapa bilang kami tidak menghormati orang tua? Bahkan YOU itulah sebuah penghormatan abadi. Bukankah begitu? Coba Anda resapi baik-baik.”

“Tetapi saya lihat di film Hollywood—betapa seorang anak terkesan sepele kepada Ibu dan bapaknya?” Suci merengutkan alisnya naik-naik ke atas.

“Nah, itu, kan, hanya sebuah drama? Movie?”

“Lho, siapa bilang itu tidak menjadikan mereka yang muda-muda di sini akan meremehkan orang tuanya? Kasar kepada mereka?! Sedangkan protagonis di sana adalah pahlawan?!”

“Suci, saya kira sudah terlalu jauh—kita membenturkan masalah moral di sini. Oke, saya pahami maksud Anda. Ada pesan terselubung di dalam movie-movie itu.”

“Juga kekerasan, perang, tingkah abnormal, seks bebas, narkotika, dan segudang kegilaan moral lainnya yang tidak terduga Mister Brown.” Suci merasa di atas menara angin.

Mister Brown diam beberapa tarikan napas. Kembali dipandanginya gadis cerdas ini. Mister Brown teringat mantan istri abangnya yang persis sama dengan Suci. Suka berdebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun