Mohon tunggu...
Wilda Hikmalia
Wilda Hikmalia Mohon Tunggu... Administrasi -

Usaha, do'a, yakin dan kerja keras. Serta tulus dan ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bait-Bait Akhir Laskar Pelangi

8 Juli 2015   10:40 Diperbarui: 8 Juli 2015   10:40 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Kaolin sendiri sebenarnya adalah campuran dominan untuk pembuatan keramik dan juga plastik, tinta serta industry lainnya. Danau ini terbentuk dari sisa-sisa penggalian yang dilakukan di lokasi ini. Hanya saja yang membedakannya dengan penambangan-penambangan biasanya adalah kubangan yang terbentuk ini jauh berbeda dari kebanyakan. Warna air biru toska yang jernih, gundukan-gundukan tanah putih yang khas serta pemandangan sekitar yang sepi memang menjadi daya tarik tersendiri bagi objek ini.

     Terletak di Desa Perawas, Tanjung Pandan lokasi ini sangat berdekatan dengan bandara HJ. Samanhoedi. Tiga puluh menit saja berkendara, Kaolin bisa didatangi baik di waktu kedatangan maupun kepulangan. Walaupun Danau Kaolin bukan merupakan objek wisata resmi (tidak ada biaya tiket masuk dan tarif parkir) serta dapat dinikmati langsung dari pinggir jalan raya, tetapi danau ini bisa menjadi objek unik bagi pecinta photography untuk mendapatkan angel dari segala penjuru. Nuansa yang berbeda malah menjadi titik objek yang dicari ditambah lagi dengan cahaya mentari pagi yang muncul dari balik bukit di seberang danau.

 

Rumah Adat Belitung

     Hampir sama dengan kebanyakan rumah adat di seantaro Indonesia khususnya Sumatra, rumah adat satu ini yang terletak di Jl. Ahmad Yani, Kota Tanjung Pandan juga berbentuk rumah panggung. Halaman hijau yang cukup luas makin memperelok rupa rumah yang sebagian besar berornamen kayu di tanah seluas ± 500 meter persegi. Sembilan anak tangga siap menyambut para pengunjungnya mempersilakan masuk ke rumah adat yang memiliki tiga ruang ini (utama, loss dan dapur). Setelah memasuki ruang utama yang luas, jangan lupa melapor terlebih dahulu kepada petugas yang berjaga dan membayar uang retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.

     Di ruang utama ini banyak berjejeran sejarah Belitung, mulai dari beberapa figura photo di sepanjang dinding utama maupun di berbagai ornament yang terdapat di dalam ruang ini seperti lemari berisi baju penganten khas Belitung, model kamar tidur penganten, seserahan serta koleksi poto para petinggi ranah ini tempo dulu. Beranjak ke ruang berikutnya akan mendapati sebuah ruangan yang dinamakan loss (pembatas antara ruang utama dan dapur) oleh masyarakat Belitong. Alat-alat music tradisional juga terdapat di rumah yang diresmikan pada tahun 2009 ini. Ruang terakhir yang berupa dapur juga banyak tersimpan berbagai peralatan masak bahkan peralatan bertani. Diresmikan oleh Bupati Belitung Ir. H. Darmansyah Husein, rumah adat yang didirikan dari kayu bulin-yang terkenal kuat dan tahan lama ini sangat syarat akan sejarah-sejarah dan kehidupan masyarakat Belitung kebanyakan.

     Puas mengenal bagian dalam rumah adat bercorak melayu ini, para pengunjung bisa duduk santai sambil berbincang-bincang di teras rumah yang tersedia dua set kursi khas. Udara pagi yang sejuk, iringan music melayu yang mendendang lembut berirama dan akhir perjalanan yang akan segera tiba, kembali mengingatkan saya untuk tidak lupa selalu berterima kasih pada-Nya.

     Setiap perjalanan itu memiliki makna tersendiri bagi siapa saja yang menikmatinya. Bagi saya, setiap jejak kaki di bumi pertiwi ini selalu mengandung pembelajaran yang sangat berarti. Kali ini, entah kenapa saya dapat mengendus langsung semangat Ikal dan kawan-kawan. Terus berjuang dengan keterbatasan yang ada. Entah kenapa jua saya semakin meresapi nyanyian Laskar Pelangi yang didendangkan Giring. Walau dunia ini bukanlah surga,tapi setidaknya jadikanlah dunia ini jalan menuju ke sana. Semakin jauh kaki melangkah, semakin banyak mengenal daerah dan semakin juga hati ini ingin terus “berpasrah”.

     Terima kasih Tuhan, selalu kau kirimkan orang-orang terhebat disekelilingku. Selalu kau beri jalan aku untuk terus menyapa setiap keindahan yang Kau ciptakan. Tugas selesai dan mari pulang. Plesiran masih akan terus berjalan.

     Salam jalan-jalan. Salam perdamaian untuk kita semua. Kenali Indonesia dan teruslah berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun