Mohon tunggu...
Wilda Hikmalia
Wilda Hikmalia Mohon Tunggu... Administrasi -

Usaha, do'a, yakin dan kerja keras. Serta tulus dan ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Semangat Pagi Negeri Laskar Pelangi

26 Juni 2015   11:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikmati liburan, terutama vacation murah, banyak memang beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan impian jalan-jalan ke negri orang terutama bepergian menggunakan jasa transportasi udara. Seperti traveling saya kali ini. Berawal dari kesekian kalinya ajakan teman untuk bertandang ke Negri Laskar Pelangi saya abaikan, dengan alasan tiket pesawat yang harganya masih membuat kantong jebol, saya terus berharap kelak bisa mendapatkan promo maskapai yang enak dikocek. Setidaknya 250 ribu atau 500 ribu PP Cengkareng – Tanjung Pandan.

Tanpa pernah putus harap, akhirnya purnama merindu-bulan menyambut. Yeee …. Tiket GI PP 500 ribu pun akhirnya di tangan. Promo kah? Jawabannya bukan. Tiket ini adalah tiket teman dari salah seorang teman saya yang batal berangkat ke Belitong dan saya berniat untuk membayar tiket tersebut 40% lebih murah dari yang sudah dia pesan. Sayang toh kalau hangus begitu sahaja. Mending digantikan teman, pinjam KTP dan transaksi barter pun berlangsung.

Jujur, sebenarnya ini adalah kali pertama saya terbang menggunakan identitas orang lain, walau sudah sering mendengar cara ini dari teman-teman backpacker lainnya yang sudah banyak sukses terbukti prakteknya. Kuncinya, PD saja ketika check in, bismillah, dan terbang.

Lalu bagaimana selanjutnya untuk eksplorasi Belitong sekitar?

Ya ya ya ….

Jalan-jalan itu tidak harus mahal bro

Jalan-jalan itu tidak harus membobol celengan

Jalan-jalan itu tidak harus meratapi nasib karena kekurangan asumsi jatah makan

Dan jalan-jalan itu ….. bisa semurah mungkin, murah lagi, murah banget, bahkan semurah-murahnya tergantung kita mensiasati dan membungkusnya sedemikian rupa tanpa ada celah untuk berboros rupiah.

Tapi kali ini….. saya melancong bukan dengan jalan ngeteng, numpang sana-sini ataupun numpang tidur di bandara atau bahkan di rumah penduduk setempat. Jadi judulnya bukanlah perjalanan seorang backpacker melainkan perjalanan seorang guide yang baik hati diberi kesempatan menjejakkan kaki di negri Ahok tanpa harus pusing sana-sini mencari tempat sandaran hati , eh sandaran badan maksudnya.

Traveling saya kali ini disponsori oleh salah seorang teman penghuni Belitong yang menjalankan bisnis travel kenamaan dan memberi saya peluang untuk trip gratis dengan syarat menjadi tour leader.
Aha … rejeki anak sholeha memang tidak kemana. Hanya bermodal ticket return yang tidak sampai setengah harga normal penerbangan saya sudah bisa menjelajah tanah kelahiran Andrea Hirata ini.

Memang ya, untuk jelajah Belitong walaupun dilakukan dengan cara backpacking tapi tetap harus menyewa kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Dari satu spot ke spot lainnya lumayan bro jaraknya, apalagi tiada transportasi umum dimari. Untuk penginapan, hotel atau semacamnya sudah banyak menjamur, mau yang dekat dengan Bandar udara H.A.S Hanandjoeddin pun ada atau lebih tepatnya di kota Tanjung Pandan.

Hari Pertama

Sabtu, 11 April 2015

Pukul setengah lima pagi aku sudah memulai perjalanan dari BSD-Tangerang Selatan menuju Bandara International Soekarno Hatta. Flight ku bersama Garuda pagi ini jam 7.30 menuju Tanjung Pandan. Disamping maskapai ini sering bolak-balik Jakarta-Belitong, ada dua maskapai lainnya yang juga menawarkan harga cukup bersahaja seperti Citilink dan Sriwijaya. Ketiga jagoan udara ini dapat kamu sesuaikan harga tiketnya dengan kesanggupan dan kenyamanan yang diinginkan.

07.30 Bismillah …. Penerbangan singkat ± 50 menit siap mengudara.

Bandar Udara H.A.S Hanandjoeddin Tanjung Pandan

08.30 Semangat pagi Negeri Laskar Pelangi, here I am ….

Alhamdulillah pagi ini penerbangan lancar jaya dan mendarat dengan selamat di Bandar udara yang juga terkenal dengan sebutan Bandar Udara Buluh Tumbang ini. Bandar udara yang satu-satunya berada di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung ini terus membenahi diri terutama sejak wisata Belitung mengudara lewat buku dan film yang diangkat dari novel inspirasi karya Andrea Hirata. Perpanjangan landas pacu pun diperluas hingga 2.250 m dan resmi digunakan sejak 17 Desember 2013 demi makin memaksimalkan melayani rute penerbangan domestic seperti Jakarta, Palembang dan tentunya Pangkal Pinang. Rehat sejenak sembari mengabadikan beberapa jepretan dan kemudian siap menuju hotel yang terletak disalah satu dari dua belas kelurahan ibukota Kabupaten Belitung yaitu Tanjung Pandan.

Tiga puluh menit dari bandara sampailah saya di Jl. Duku Pangkallalang, dia bernama Penginapan Mitra Belitung. Penginapan dua lantai ini akan menjadi tempat rehat dua malam bagi saya selama bertugas menjelajahi Belitung.

Tidak cukup lama, hanya sekadar menaruh ransel dan kemudian segera siap berdamai dengan perut. Ya …. Mari sarapan.

Mie Belitung Atep

Kedai mie yang sudah berumur puluhan tahun ini terletak di Jl. Sriwijaya No. 27. Rasanya tidak lengkap petualangan ke Belitong kalau tidak mampir ke warung yang juga banyak disinggahi oleh para artis untuk mencicipi menu andalan mie, ketimun, kentang, emping dan udang yang berpadu dengan kuah kental yang enak, nikmat dan menggoyang lidah.

Bukan tempat mewah yang akan menyambut para pecinta kuliner yang datang kemari, melainkan sebuah warung sederhana yang banyak terpampang muka-muka terkenal di setiap dinding warung yang terus mempertahankan cita rasanya sejak pertama berdiri tahun 1973. Bernama sama dengan pendirinya, tempat jajanan kuliner khas Belitung ini tidak pernah sepi pengunjung bahkan selalu banjir pelanggan terutama di akhir pekan.

Menyantap hidangan istimewa sembari ditemani wajah-wajah televisi dari berbagai kalangan, artis kenamaan Indonesia, pelawak seperti tukul bahkan politisi Megawati pun pernah menyempatkan diri makan di kedai ini ketika berkunjung ke Negri Laskar Pelangi. Tapi jangan heran jika datang mencari Mie Atep di kala weekend, jam-jam makan, atau bahkan ketika liburan panjang, membludaknya para pecinta Mie Atep yang datang akan membuat beberapa pelayan handal di warung tua ini kewalahan.

“Satu porsi harganya berapa mbak?” Pertanyaan itu menjurus langsung ke saya tak kala ketika membawa nampan besar berisi empat porsi Mie Atep. Self-service ini namanya.

Duh pertanyaan si tante ini membuat saya segera ingin mengajukan CV. Haa ha ha

Pelayan Mie Atep … boleh lah itu gelar perdana yang saya sandang ketika hari pertama bertapak di Negri Laskar Pelangi.

Perut kenyang, hati pun tenang dan saatnya segera bersenang-senang.

Tujuan berikutnya adalah bertolak ke Belitung Timur.

Belitong ………….. I am ready to explore your beautiful scenery.

Replika SD Muhammadiyah Laskar Pelangi

Bangunan baru ini–karena bangunan aslinya sudah punah dimakan waktu, terletak di kecamatan Gantung yang bertepikan sebuah danau elok nan masih alami. Replika sekolah yang bertengger di atas bukit bertanah putih ini dibangun untuk terus dapat mengenang kisah buku terlaris sepanjang masa tentang 10 orang anak miskin yang terus mempertahankan pendidikan

Mengitari bangunan sekitar, baik tampak dari luar maupun dalam, membuat memory flash back kepada alur cerita Laskar Pelangi yang juga pernah dipentaskan di TIM. Ruangan kelas nyaris melompong, meskipun terisi oleh 7-9 meja-meja khas sekolah negri. Melangkah ke sebelah kanan akan didapati sebuah sumur yang juga merupakan replika pendamping sekolah ini.

Siang yang cukup terik ini saya menjumpai beberapa orang bocah kecil yang sedang bermain dilingkungan replika sekolah yang diresmikan pada tanggal 27 November 2010. Keceriaan dan keriangan mereka cukuplah sedikit mewakili wajah-wajah penduduk lokal yang dulunya pernah menjadi lokasi pertambangan timah pada masa kolonial Belanda.

Museum Kata Andrea Hirata

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu

-Andrea Hirata-

Pertama menginjakkan kaki di tempat ini, banyak sekali kata-kata semangat yang melecut diri saya. Tidak hanya disuguhkan dalam bentuk tulisan, namun juga dipadu-padan dalam potretan yang diiringi berbagai macam inspirasi. Cuplikan-cuplikan setiap halaman dan kisah baik dalam novel maupun film terjabar dengan elok di museum yang berlokasi di Jl. Raya Laskar Pelangi No. 7 Gantong, Belitung Timur. Dikelilingi ilalang dan berseberangan dengan sebuah masjid, menjadikan tempat bersemedinya karya terbesar Andrea ini sebagai tempat singgah kedua bagi saya.

 

Berbagai karya sastra inspiratif terpampang elok dan bisa memainkan hati setiap pengunjungnya untuk menggenjot semangat lebih jauh. Disetiap ruangan di dalam museum dipenuhi oleh berbagai kisah perjalanan para laskar dari negri pelangi ini. Seolah pengunjung diajak melalui setiap episode-episode dari kisah Laskar Pelangi melalui gambar, tulisan yang membuat pecinta museum jadi terbuai.

Dari luar bangunan ini tampak hanya seperti sebuah rumah petak. Tetapi jangan kaget ketika sudah memasukinya. Bak kata pepatah inggris, “Don’t judge a book by its cover” ternyata bangunan ini sungguh luas. Satu ruangan, dua ruang bahkan melebihi dan uniknya tiap ruang ini dinamai berdasarkan tokoh para lakon Laskar Pelangi seperti ruang Ikal, ruang Lintang, ruang Mahar dan ruang dapur tentunya.

Ruang dapur ?

Oh tentu …. Jika sudah terasa lelah mengitari museum yang diresmikan langsung oleh penulis novelnya pada bulan November 2012, pengunjung dapat beristirahat sejenak di ruang dapur belakang yang memang sengaja disediakan untuk menjamu para tamu dengan secangkir kopi khas “Kupi Kuli”. Meskipun tidak ditarif biaya masuk museum, namun untuk dapat merasakan seduhan nikmat warkop ini pengunjung tetap membayar kenikmatan tersebut. Merasakan sensasi aroma kopi yang langsung dimasak ditungku dapat menemani gelak-tawa sembari menikmati suasana museum.

Oh ya, tidak hanya dapat menikmati secangkir kopi, di museum sastra pertama Indonesia ini, pengunjung juga dapat memberikan tegur-sapa kepada teman, sanak-family ataupun orang-orang tercinta lainnya diluar sana.

Bagaimana caranya?

Yaitu dengan berkirim post card langsung dari Museum Kata ini, kartu pos yang berlatar lika-liku museum ini akan manjadi pengurai silaturahmi kepada orang-orang tercinta di seberang sana. Saya juga sempat terfikir untuk mengirimkan satu buah post card. Tapi hanya sampai terfikir saja. Berfikir lebih jauh, pikiran saya mentok. Mau berkirim untuk siapa ??? #mikirkeras

Setelah masa pemikiran yang panjang, saya kembali menjamah satu sisi lain di museum ini. Beralih kebangunan warna-warni disebelahnya dan terus membaca tulisan-tulisan inspiratif lainnya serta menyapa tokoh-tokoh terkenal lain ; JK Rowling, Alice Munro, Ishmael Beah dan tentunya si penggagas museum luar biasa ini Andrea Hirata.

Berkunjung ke suatu museum, tidak hanya sekadar datang, poto-poto dan berlalu begitu saja. Tetapi ketika berkunjung ke Museum Kata Andrea Hirata ini, banyak kisah dan inspirasi yang saya tampung terutama dalam dunia sastra. Bagaimana sebuah sastra tersebut mempunyai peran penting dalam kehidupan dan dapat merombak bahkan semakin menumbuhkan kecintaan saya pada karya-karya sastra dunia terutama buah karya anak bangsa.

 

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun