Bangunan baru ini–karena bangunan aslinya sudah punah dimakan waktu, terletak di kecamatan Gantung yang bertepikan sebuah danau elok nan masih alami. Replika sekolah yang bertengger di atas bukit bertanah putih ini dibangun untuk terus dapat mengenang kisah buku terlaris sepanjang masa tentang 10 orang anak miskin yang terus mempertahankan pendidikan
Siang yang cukup terik ini saya menjumpai beberapa orang bocah kecil yang sedang bermain dilingkungan replika sekolah yang diresmikan pada tanggal 27 November 2010. Keceriaan dan keriangan mereka cukuplah sedikit mewakili wajah-wajah penduduk lokal yang dulunya pernah menjadi lokasi pertambangan timah pada masa kolonial Belanda.
Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu
-Andrea Hirata-
Pertama menginjakkan kaki di tempat ini, banyak sekali kata-kata semangat yang melecut diri saya. Tidak hanya disuguhkan dalam bentuk tulisan, namun juga dipadu-padan dalam potretan yang diiringi berbagai macam inspirasi. Cuplikan-cuplikan setiap halaman dan kisah baik dalam novel maupun film terjabar dengan elok di museum yang berlokasi di Jl. Raya Laskar Pelangi No. 7 Gantong, Belitung Timur. Dikelilingi ilalang dan berseberangan dengan sebuah masjid, menjadikan tempat bersemedinya karya terbesar Andrea ini sebagai tempat singgah kedua bagi saya.
Dari luar bangunan ini tampak hanya seperti sebuah rumah petak. Tetapi jangan kaget ketika sudah memasukinya. Bak kata pepatah inggris, “Don’t judge a book by its cover” ternyata bangunan ini sungguh luas. Satu ruangan, dua ruang bahkan melebihi dan uniknya tiap ruang ini dinamai berdasarkan tokoh para lakon Laskar Pelangi seperti ruang Ikal, ruang Lintang, ruang Mahar dan ruang dapur tentunya.
Ruang dapur ?
Oh tentu …. Jika sudah terasa lelah mengitari museum yang diresmikan langsung oleh penulis novelnya pada bulan November 2012, pengunjung dapat beristirahat sejenak di ruang dapur belakang yang memang sengaja disediakan untuk menjamu para tamu dengan secangkir kopi khas “Kupi Kuli”. Meskipun tidak ditarif biaya masuk museum, namun untuk dapat merasakan seduhan nikmat warkop ini pengunjung tetap membayar kenikmatan tersebut. Merasakan sensasi aroma kopi yang langsung dimasak ditungku dapat menemani gelak-tawa sembari menikmati suasana museum.