Entah aku yang lemah atau aku terlampau kuat
Untuk segenap jiwa yang merasa kelelahan hingga bertubi sakit menghujam jendela serta ruang
Aku tidak sedang meratap aku hanya merengek untuk seutas tawa yang membiru
Hujan yang membisu kini tiada
Jejak itu masih saudara, hanya saja aku menjelmanya menjadi rupa yang bersenda walau tak senada
Akhir bulan yang setibanya membawaku teringat
Aku bukan sedang mengingat hanya saja teringat
Tiga kejadian memilukan menghujam, menusuk dan mengoyak dengan serakah
Mungkin dimanapun jejaknya ku masih saja terdiam
Ucapmu tidaklah benar dan selalu demikian
Aku melarangku untuk berjumpa diwaktu yang rupanya aku tak sanggup menghadapi akibatnya
Berikan aku vodka, berikan aku ganja, dimana obatnya? Aku tak tahu
Malam ini, bersama dugaan dan juga kursi duduk yang terdiam menyaksikan
Kamu berdiri, disana mengulangi kejadiannya dengan nuansa yang berbeda
Aku jua tak mengerti apa maksudku apalagi maksudmu
Jujur, aku sudah tidak memerlukan penjelasan apapun.
Hanya saja aku memerlukan diriku yang utuh, yang pernah menyendiri dan belum sepenuhnya kokoh
Ya, ibaratkan saja begitu
Lalu kau runtuhkan lagi semuanya kau porak porandakan keadaan yang mulanya membaik dengan dalih
Traumaku akan sembuh dengan adanya dirimu, dan kamu bukanlah pembuat onar seperti ucapku
Sudahlah, selesai... itu kamu dia hanya masa lalu
Aku menyelesaikan semuanya meskipun damai itu amatlah sulit ketika keadaan terus menggaliku menengok ke arah lubang
Luka yang lebam belum sepenuhnya hilang
Akan ku simpan ini, bukan untuk siapapun tapi untuk perdamaian yang ku dambakan, yang kudambakan
Dengan diri sendiri, perdamaian dengan diriku sendiri.
Jangan lupa sakit akan usai, kau terlalu cantik dan kuat
Kau sangatlah berharga dan patut mendapatkan yang memuliakanmu lebih lebih
Yang menyayangimu sangat sangat
-----------------------------
Ingin ku meminta maaf pada kekasihku kelak, maaf bila dalam prosesku sering kali ku melemah, pernah menduakanmu, berselingkuh berpura pura itu cinta sejatiku, bukan.. aku hanya mengira atau justru memaksakan kehendak, maafkan aku yaa... aku sedang jujur jadi terimalah aku apa adanya bahkan bukan dengan apa yang kau lihat, tapi dengan apa yang ku pertunjukkan padamu dan ada padaku, bahwa aku saat ini juga mencintaimu bahkan lebih lebih darimu. Maafkan aku selalu yaa. Aku kurang baik orangnya jadi... arahkan aku, terimakasih telah mencintaiku.
Sakit sekali menulis paragraf di atas.
Seperti aku lupa, lupa bahwa besok akan ada lagi ceria.
Ku kira tadi, gunung es telah mencair, ternyata, aku tak mengerti kemana arah mata angin membawaku.
Sepertinya ini adalah gurun pasir yang kini ditetesi air hujan yang telah lama tertahan dilangit langit penuh kenistaan.
Malang, 30 June 2022
3..10 PM
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H