Beda guru beda cerita. Ada yang tegas, ada pula guru yang senang membuat anak didik nya tertawa. Perjalanan di SD pun berlalu enam tahun.
Tamat ia di SD ia melanjutkan sekolah ke MTsN Sukses. Saat masuk MTsN ia merasakan hal baru. Guru-guru berbeda akan siap di hadapi.
Ketika ia berada di MTsN, ia melihat guru-guru yang lebih rajin, dan lebih berpengalaman. Saat itu ia kaget melihat daftar pelajaran yang bertambah. Tapi dia tetap kuat dan bertekad untuk bisa tamat di MTsN.
Ketika hari pertamanya di kelas 7, ia mendapat lokal dengan wali kelas guru fikih. Hari pertamanya ia masuk kelas ia kagum melihat guru fikih yang hebat. Dari situ ia termotivasi menjadi guru agama. "Wah guru nya sengat ahli dalam agama, bagaimana jika aku jadi guru agama saja".
Saat Ia pulang sekolah ia masuk ke kamarnya. Ia menulis pada mading nya bahwa ia akan jadi guru. Walaupun ia masih ragu untuk jadi guru apa.
Satu tahun, dua tahun berlalu. Ia beranjak ke kelas sembilan. Ia menghadapi guru yang lebih rajin.
Karena dia yang tak sanggup lagi mengerjakan tugas yang bertumpuk. Dia pasrah dan menyerah. Sambil mengenang masa kecilnya yang mimpi ingin jadi guru.
Paginya ia bersekolah. Lalu ia masuk ke kelas dan mulai jam pelajaran. Gurunya bertanya "Mana tugas kamu Lani" Lani menjawab "Belum buat pak" "Bagaimana kamu ini, sudah satu Minggu kenapa kamu tidak masih kamu buat" kata gurunya sambil marah.
Saat Lani pulang sekolah ia istirahat di kamarnya. Sambil merenung atas kejadian nya tadi pagi. Lalu ia bertekad akan serius dalam belajar.
Waktu demi waktu, ia habiskan waktu senggang nya mengerjakan tugasnya. Sedikit demi sedikit tugas yang tertumpuk selesai. Ia pun ikut senang karena akhirnya semua tugasnya yang menumpuk selesai.
Malam hari tiba, ia mempersiapkan dirinya dengan belajar untuk hari besok. Karena mana tau tiba tiba UH. Selesai Lani belajar ia pu langsung tidur.