Mohon tunggu...
18 Jaysen Rezky
18 Jaysen Rezky Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya ganteng

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kakak Kelas

19 November 2024   08:13 Diperbarui: 19 November 2024   08:30 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Audrey selalu menyukai suasana pagi di sekolahnya. Langit cerah, angin lembut, dan hiruk-pikuk siswa yang sibuk bercengkerama sebelum bel masuk berbunyi. Ia berdiri di dekat gerbang, menunggu sahabatnya, Tia, yang selalu datang terlambat.  

Namun pagi itu, ada sesuatu yang berbeda. Audrey melihat seorang kakak kelas berjalan melintasi lapangan. Alex, siswa kelas 12 yang terkenal dengan ketampanannya sekaligus pembawaannya yang dingin. Tidak jarang teman-temannya membicarakan Alex, baik karena prestasinya di tim basket maupun pesonanya yang membuat banyak siswi terpikat.  

Audrey tidak pernah terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu. Baginya, Alex hanyalah satu dari sekian banyak siswa di sekolah. Tetapi pagi itu, ketika tatapan Alex tanpa sengaja bertemu dengan matanya, ada sesuatu yang membuat jantungnya berdegup sedikit lebih cepat.  

"Dia melihatku?!"batin Audrey.  

Alex hanya mengangguk kecil, lalu melanjutkan langkahnya. Sementara Audrey tetap berdiri di tempat, bingung dengan perasaannya sendiri.  

Hari-hari berlalu, namun momen singkat itu terus terulang di benak Audrey. Ia tidak sengaja mulai memperhatikan Alex lebih sering---saat ia bermain basket di lapangan, saat ia berjalan di koridor, atau saat ia duduk membaca buku sendirian di perpustakaan.  

Audrey tidak menyadari bahwa perhatiannya ternyata terbalas.  

Suatu sore, Audrey duduk sendirian di bangku taman sekolah. Ia sedang menggambar sesuatu di buku sketsanya, kebiasaan yang sering ia lakukan untuk mengisi waktu luang.  

"Bagus," suara yang dalam dan familiar membuatnya terlonjak. Ia mendongak dan mendapati Alex berdiri di depannya.  

"Oh, Kak Alex..." Audrey tergagap. Ia buru-buru menutup buku sketsanya.  

"Kenapa ditutup? Aku cuma bilang gambarmu bagus." Alex tersenyum tipis, pertama kalinya Audrey melihat ekspresi hangat dari kakak kelas yang biasanya tampak dingin itu.  

Audrey terdiam. "Itu cuma coretan iseng, Kak."  

"Kalau iseng aja bisa sebagus itu, gimana kalau serius?" Alex duduk di bangku yang sama, membuat Audrey semakin gugup.  

Percakapan itu menjadi awal dari pertemanan mereka. Alex sering menghampiri Audrey saat ia sedang menggambar, memujinya dengan tulus atau memberi komentar yang membangun. Mereka mulai berbicara tentang banyak hal---hobi, mimpi, dan bahkan cerita-cerita kecil tentang kehidupan mereka.  

Audrey merasa nyaman, tetapi ia juga tidak bisa menutupi perasaan baru yang tumbuh di hatinya.  

---  

Namun, waktu terus berjalan, dan Audrey sadar bahwa pertemanan mereka memiliki batas. Alex adalah siswa kelas 12 yang akan segera lulus.  

Pada suatu hari terakhir sebelum ujian kelulusan, Alex mengajak Audrey bertemu di taman sekolah.  

"Audrey," Alex memulai, "aku tahu aku akan pergi sebentar lagi, tapi aku ingin kamu tahu satu hal."  

Audrey hanya diam, hatinya berdebar tak karuan.  

"Aku senang bisa mengenalmu. Kamu punya sesuatu yang istimewa, dan aku yakin kamu akan menjadi orang yang hebat suatu hari nanti," kata Alex.  

Audrey menahan napas. Ia ingin mengatakan banyak hal---tentang perasaannya, tentang betapa ia ingin Alex tetap tinggal. Tapi kata-kata itu hanya tertahan di tenggorokannya.  

"Terima kasih, Kak Alex," hanya itu yang berhasil ia ucapkan.  

Mereka berpisah hari itu, tanpa janji atau harapan lebih. Tetapi Audrey tahu, Alex meninggalkan jejak yang tak akan pernah ia lupakan---jejak seorang kakak kelas yang mengajarinya arti dari perasaan pertama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun