Audrey selalu menyukai suasana pagi di sekolahnya. Langit cerah, angin lembut, dan hiruk-pikuk siswa yang sibuk bercengkerama sebelum bel masuk berbunyi. Ia berdiri di dekat gerbang, menunggu sahabatnya, Tia, yang selalu datang terlambat. Â
Namun pagi itu, ada sesuatu yang berbeda. Audrey melihat seorang kakak kelas berjalan melintasi lapangan. Alex, siswa kelas 12 yang terkenal dengan ketampanannya sekaligus pembawaannya yang dingin. Tidak jarang teman-temannya membicarakan Alex, baik karena prestasinya di tim basket maupun pesonanya yang membuat banyak siswi terpikat. Â
Audrey tidak pernah terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu. Baginya, Alex hanyalah satu dari sekian banyak siswa di sekolah. Tetapi pagi itu, ketika tatapan Alex tanpa sengaja bertemu dengan matanya, ada sesuatu yang membuat jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Â
"Dia melihatku?!"batin Audrey. Â
Alex hanya mengangguk kecil, lalu melanjutkan langkahnya. Sementara Audrey tetap berdiri di tempat, bingung dengan perasaannya sendiri. Â
Hari-hari berlalu, namun momen singkat itu terus terulang di benak Audrey. Ia tidak sengaja mulai memperhatikan Alex lebih sering---saat ia bermain basket di lapangan, saat ia berjalan di koridor, atau saat ia duduk membaca buku sendirian di perpustakaan. Â
Audrey tidak menyadari bahwa perhatiannya ternyata terbalas. Â
Suatu sore, Audrey duduk sendirian di bangku taman sekolah. Ia sedang menggambar sesuatu di buku sketsanya, kebiasaan yang sering ia lakukan untuk mengisi waktu luang. Â
"Bagus," suara yang dalam dan familiar membuatnya terlonjak. Ia mendongak dan mendapati Alex berdiri di depannya. Â
"Oh, Kak Alex..." Audrey tergagap. Ia buru-buru menutup buku sketsanya. Â
"Kenapa ditutup? Aku cuma bilang gambarmu bagus." Alex tersenyum tipis, pertama kalinya Audrey melihat ekspresi hangat dari kakak kelas yang biasanya tampak dingin itu. Â