Penduduk disini mayoritas mata pencahariannya tentu saja membuat kerajinan gerabah ini, dengan modal yang seadanya dan untung yang tidak seberapa. Â Cara pembuatan kerajinan gerabah hingga saat ini adalah menggunakan alat putar atau ada juga yang dicetak. Karena hari semakin sore dan belum mengisi energi, maka sebelum ke penginapan, menyempatkan untuk makan malam di sebuah caf. Setelah itu, kira-kira pukul 20.00 tiba di Hotel Budget yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Cirebon.Â
Pembagian kamar pun selesai, satu kamar diisi oleh dua orang. Setelah itu semua langsug masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat sejenak, karena masih ada 3 hari lagi yang menanti untuk mengunjungi tempat-tempat menarik lainnya di Cirebon.
Setelah semua selesai, dapat kembali ke kamar terlebih dahulu dan memilih untuk membawa peralatan yang penting-penting saja terutama kamera dan tripod. Tepat pukul 06.00 WIB, semua peserta harus sudah berada di bus masing-masing, tujuan tempat perjalanan pertama hari ini adalah pusat batik Trusmi. Kesini memang harus pagi hari agar tidak hanya melihat proses pembuatan membatik, tetapi juga dapat melihat proses jual-beli yang ramai jika pagi hari.Â
Disana terdapat banyak rumah atau tempat yang dijadikan khusus membatik, mulai dari anak muda sampai lanjut usia ada yang membatik. Canting yang menari-nari dengan mengikuti pada pola kain seolah menghanyutkan orang yang melihatnya, mencari banyak angle untuk difoto juga cukup sulit, karena pencahayaan ditempat membatik agak redup. Menurut data yang diketahui, harga batik di Trusmi bervariasi, mulai dari Rp. 25.000,00 sampai Rp. 999.000,00, tentunya perbedaan bahan dan corak pada batik nya yang membuat perbedaan harga itu ada.Â
Setelah itu, melanjutkan hunting foto ke Stasiun Cirebon dan Balai Kota Cirebon, disana harus memperhatikan tingkah orang-orang yang lalu lalang, bangunan-bangunannya, dan transportasinya. Saat itu suasana Balai Kota Cirebon yang mempunyai khas patung udang yang berada diatas sebuah bangunan terlihat sepi, ramai hanya dengan anak-anak yang sedang melaksanakan UAS Fotografi yang sibuk mencari dari berbagai angle untuk mendapat foto yang estetik. Balai Kota Cirebon bangunannya seperti bangunan Belanda pada jaman menjajah, jadi terlihat seperti megah.Â
Siang itu terasa panas sekali di sekitar Stasiun dan Balai Kota, sehingga banyak peserta yang hanya mengambil foto sebentar lalu kembali ke bus, ada juga yang membeli jajanan dipinggir jalan sekitar Balai Kota. Tepat pukul 11.25 WIB, tiba di Masjid Mera untuk melaksanakan Sholat Jumat. Seharusnya bagi yang tidak sholat ditugaskan untuk mengambil foto di Masjid Mera, tetapi karena panas matahari yang semakin terik, jadi yang tidak sholat  kebanyakan hanya duduk-duduk dan menikmati minuman sambil mengobrol dan merokok, dan ada juga yang menunggu di bus. Setelah sholat jumat selesai, semua peserta langsung diarahkan masuk ke bus dan melanjutkan perjalanan.Â
Pukul 13.30 tiba di kampung nelayan Bondet, atau lebih dikenal dengan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Bondet. Matahari seolah-olah semakin berada diatas kepala, dan yang lebih mengejutkan harus berjalan kurang lebih 4 Kilometer untuk sampai di TPI Bondet, belum jalan saja sudah membayangkan betapa jauhnya perjalanan yang harus ditempuh.Â
Benar saja, saat perjalanan dimulai, sudah banyak keluhan yang terdengar, karena area untuk berjalan pun dipadati oleh bebatuan yang kecil-kecil seperti kerikil, yang membuat telapak kaki terasa sakit, tetapi disepanjang perjalanan terdapat sawah-sawah yang hijau dan membuat udara sedikit sejuk.Â
Setelah 1,5 jam berjalan, akhirnya sampai di TPI Bondet, disana sudah ada 2 perahu besar milik nelayan yang berisi ikan-ikan segar yang akan dilelangkan. Para nelayan bergotong royong untuk menurunkan ikan-ikan tersebut, lalu setelah ikan-ikan dikumpulkan di satu ruangan, para peserta mengambil foto dari berbagai angle. Pukul 16.00 WIB kembali ke bus menggunakan perahu besar, tetapi secara bergantian, pertama para peserta yang berada di bus 1 dan bus 2, setelah itu bus 3 dan bus 4.Â
Setelah semua bus sudah siap dan lengkap, perjalanan selanjutnya adalah makan malam di Green Eastern Resto. Karena sudah malam dan banyak yang letih, ke keraton kesepuhan akhirnya dibatalkan dan diganti besok malam, jadi diputuskan untuk kembali ke hotel.
Di pantai Kejawanan semua peserta mencari posisi terbaik untuk memotret saat matahari terbit (sunrise). Banyak yang menjadikan 'siluet' menjadi angle foto yang diambil. Pukul 06.30 WIB para peserta diarahkan untuk ke bus  untuk kembali lagi ke hotel untuk mandi dan sarapan.Â