*Kurangnya transparansi dan akuntabilitas: perusahaan Jiwasraya tidak mendapatkan tingkat pengawasan yang sama dengan perusahaan swasta. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan impunitas dan terlibat dalam  penipuan.Â
* Tata Kelola Perusahaan yang Lemah: Jiwasraya  dikelola dengan buruk dan kurang pengawasan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi  berisiko dan mengakumulasi hutang dalam jumlah besar.
*Korupsi: Ada bukti  korupsi terlibat dalam kasus Jiwasraya. Beberapa eksekutif perusahaan diduga terlibat dalam kegiatan penipuan dan memperoleh keuntungan pribadi dengan mengorbankan  pemegang polis.
 Bagaimana peristiwa asuransi Jiwasraya  terjadi?
 Insiden asuransi Jiwasraya terjadi dalam beberapa tahapan. Pertama, perusahaan memulai investasi berisiko di pasar saham. Investasi ini  terdiversifikasi dengan buruk dan  dikelola dengan buruk. Akibatnya, perusahaan mengalami kerugian besar.
 Kedua, perusahaan mulai terlibat dalam aktivitas penipuan. Ini termasuk overvaluing aset dan undervaluing kewajiban. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menyembunyikan kerugian dan terus beroperasi.
 Ketiga, pemerintah mengintervensi dan mengambil alih pemerintahan Jiwasraya. Namun, kerusakan sudah terjadi. Perusahaan  bangkrut dan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya kepada  pemegang polis.  Kasus asuransi Jiwasraya menjadi peringatan bagi Indonesia.  Kasus asuransi Jiwasraya menjadi peringatan bagi Indonesia.
 Kasus ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki tata kelola sektor keuangan dan memberantas korupsi. Skandal keuangan lebih lanjut sangat mungkin terjadi jika Indonesia tidak melakukan apa-apa.
Pemikiran Jeremy Bentham tentang konsep panopticon
Panopticon adalah  konsep yang dikembangkan oleh filsuf Jeremy Bentham pada abad ke-18. Panopticon adalah jenis  penjara yang memungkinkan satu pengamat  memantau sejumlah besar tahanan. Para tahanan berada di bawah pengawasan konstan dan  tidak tahu kapan mereka sedang diawasi. Ini menciptakan ketakutan dan kecemasan terus-menerus dan membantu mencegah kejahatan.Â
 Panopticon telah digunakan sebagai metafora untuk bentuk kontrol sosial lainnya, seperti pengawasan pemerintah terhadap penduduk. Dalam kasus skandal Jiwasraya, Panopticon dapat dilihat sebagai cara untuk memahami bagaimana korupsi  tumbuh subur di lingkungan yang kurang transparan dan akuntabel.