"Yang penting ibu sehat dan bahagia, kan? Nak, ibu sudah tua. Capek kalau harus ke restoran makan-makan. Belum pegeluaran transpor, macet.. Mending di rumah dan berkebun."
"Ibu beneran bahagia?" Tanya Anggi takjub.
Ibu tersenyum lebar, "Iya. Lihat tanaman dari benih dan biji tumbuh besar. Liht mereka berbuah, rasanya senang, bangga dan puas."
"Tapi kadang ibu suka kesal kalau ada tanaman yang mati. Kayak pohon kersen kemarin," balasnya.
"Iya, dong! Itu bagus untuk stabilin gula darah, eh mati.. Tapi kan bisa dipotong terus tanam ulang. Mirip seperti kehidupan, kadang kita gagal, tapi dengan kegagalan itu kita belajar banyak dan harus berani mencoba lagi. Harus bangkit lagi," jelas ibu.
"Kan tumbuhnya lama?"
"Ibu belajar sabar dari berkebun, nak. Prosesnya lama tapi pas panen, rasanya bangga, senang dan puas! Nikmati prosesnya, jangan melulu soal panennya."
Anggi mengangguk, matanya melirik pojok halaman belakang yang mash kosong. Kemudian ia menatap ibu yang bersantai di kursi.
"Bu, aku mau coba tanam daun bawang dan kangkung, boleh?"
Mata ibu berbinar, "Kamu mau? Boleh! Sore nanti kita sama-sama ke belakang, ya!"
Melihat ibunya yang antusian, Anggi tersenyum. Mungkin ini bisa jadi awal hobinya yang tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak juga menjadi hobi yang membuatnya bahagia seperti ibu.