Dengan gugup aku menjabat uluran tangan Bagas, "Aku Aria."
Dapat kulihat Bagas tersenyum manis, aku terpana melihatnya. Pipinya memerah, entah karena faktor kepanasan atau malu, eh tapi dia malu karena apa? Tidak mungkin karena aku.
"Aku boleh bantu mengungkap pembunuh Kak Natia? Aku siap sedia membantu kak Aria kapan saja," tanya Bagas dengan penuh harap.
"Ya, tapi kamu harus benar-benar membantu, jangan merepotkan dan menjadi beban," jawabku.
"Siap, Kak!" Bagas membalas dengan pose hormat, sungguh lucu.
"Bagaimana jika besok kita mulai rencananya?" sahut Natia.
"Baiklah, besok kita mulai rencananya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H