Mohon tunggu...
Queenara
Queenara Mohon Tunggu... Lainnya - ⊂⁠(⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠)⁠)⁠⊃

Sastra😾

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cerbung: Perempuan Melati

28 September 2023   23:35 Diperbarui: 28 September 2023   23:37 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Udara yang sejuk kurasakan pagi ini saat aku akan berangkat ke sekolah. Hari yang indah, seindah harapanku untuk menuntut ilmu.

Seperti biasanya, aku berangkat dengan berjalan kaki, karena rumahku tidak terlalu jauh dari sekolah. Kira-kira hanya sekitar satu kilometer saja.

Kulihat jam tanganku, menunjukkan waktu pukul 06.20 dan aku sudah sampai di gerbang sekolah.

Kulihat ada guruku yang telah siap menyambut siswa. Senyum ramah guruku selalu terlihat saat ada siswa yang datang dan menyapa mereka. Tak lupa aku pun juga menundukkan badan tanda sapa.

Setelah itu, aku menuju ke kelas dan ternyata sudah ada beberapa siswa yang sedang berbincang di sudut kelas. Saat sampai di tempat duduk kemudian aku buka tasku.

"Ya ampun, ternyata aku tadi lupa membawa buku pelajaran untuk hari ini. HP juga tidak aku bawa, bagaimana ini?" gumamku dalam hati.

Padahal hari ini ada tugas yang harus aku kumpulkan. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, jika aku kembali ke rumah untuk mengambilnya kemungkinan aku akan terlambat untuk kembali ke sekolah. 

Aku melihat ke sekelilingku, semua teman-temanku sibuk bersenda gurau satu sama lain, dan rasanya tidak mungkin meminta bantuan kepada mereka. Tatapan mereka padaku sudah menjelaskan semuanya, aku memang anak yang aneh. Kemampuan mataku lebih dari mereka semua. Mata kecoklatanku mampu melihat apa yang seharusnya tidak dilihat oleh manusia biasa, karena sudah berbeda alam. Namun, aku bisa melihat mereka dengan jelas.

Ditengah kekalutanku, tiba-tiba aku mencium aroma melati yang sangat kuat. Terkejut kala mendengar suara seorang perempuan yang tidak familier, aku menoleh ke samping dan seketika berteriak kencang. "AAAH!" teriakku.

Seisi kelas memandangku dengan tatapan aneh, tapi sedetik kemudian mereka melanjutkan kesibukan masing-masing. Atensiku kembali kepada sosok perempuan tadi, aku menatap marah padanya, aku paling benci dengan hantu yang selalu menampakkan diri dengan keadaan yang mengerikan. Sosok itu memakai baju sekolah yang robek dibagian dada dengan bekas darah kering, rambutnya yang kusut dan wajahnya yang pucat. Aku menghela napas berat, berusaha sekeras mungkin beradaptasi dengan penampilan hantu ini. Setidaknya hantu ini terlihat lebih baik daripada hantu yang lain.

"Aku bisa membantu wahai pemuda! Tapi kamu juga harus membantuku, bagaimana?" tawar sosok itu.

Aku hanya menatap heran dan segera menolaknya, aku tak mau lagi berurusan dengan hantu, mereka itu bisa mencelakaiku kapan saja.

"Sayang sekali ya, coba bayangkan respons gurumu, apakah beliau tidak kecewa melihat murid kesayangannya ternyata tidak mengerjakan tugas yang diberi dan tak menjalankan amanah dengan baik?" 

Aku sontak terdiam, mencoba untuk membayangkan perkataan hantu perempuan itu, sedih rasanya jika melihat orang kecewa karena perbuatanku. Tak ada pilihan lain, yang bisa kulakukan hanyalah menuruti hantu itu.

"Baiklah, aku setuju! Dengan syarat jangan tunjukkan lagi penampilanmu yang seperti ini," pintaku.

Pekikan girang terdengar jelas di telingaku, ugh, suara itu sangat menyebalkan. Segera setelahnya penampilan dari hantu itu berubah menjadi penampilan murid biasa, hanya saja wajahnya pucat pasi.

"Namaku Natia, siapa namamu?" 

Tangan pucat itu terangkat ke arahku, aku menatap canggung, tapi perlahan tanganku membalas uluran tangan itu, menjabat erat.

"Namaku Aria," balasku.

Setelahnya Natia menghilang dari hadapanku. Tak berselang lama, ketua kelasku datang dengan sumringah, jika tidak salah namanya Jogar.

"Hei, Pak Agus hari ini tidak bisa masuk, katanya sih ban motornya bocor."

Mendadak seisi kelas teriak kegirangan. Aku bersyukur, setidaknya aku bebas dari hukuman dan tidak mengecewakan pak Agus.

"Nanti temui aku di kamar mandi lantai tiga," ucap Natia yang tiba-tiba muncul.

Sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan Natia yang selalu muncul seenaknya.

"Ya baiklah."

Eh tapi tunggu, kamar mandi lantai tiga? bukankah itu kamar mandi yang terkenal angker? Pasti aku akan bertemu hantu yang lebih seram, aduh, bagaimana, ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun