Aku hanya menatap heran dan segera menolaknya, aku tak mau lagi berurusan dengan hantu, mereka itu bisa mencelakaiku kapan saja.
"Sayang sekali ya, coba bayangkan respons gurumu, apakah beliau tidak kecewa melihat murid kesayangannya ternyata tidak mengerjakan tugas yang diberi dan tak menjalankan amanah dengan baik?"
Aku sontak terdiam, mencoba untuk membayangkan perkataan hantu perempuan itu, sedih rasanya jika melihat orang kecewa karena perbuatanku. Tak ada pilihan lain, yang bisa kulakukan hanyalah menuruti hantu itu.
"Baiklah, aku setuju! Dengan syarat jangan tunjukkan lagi penampilanmu yang seperti ini," pintaku.
Pekikan girang terdengar jelas di telingaku, ugh, suara itu sangat menyebalkan. Segera setelahnya penampilan dari hantu itu berubah menjadi penampilan murid biasa, hanya saja wajahnya pucat pasi.
"Namaku Natia, siapa namamu?"
Tangan pucat itu terangkat ke arahku, aku menatap canggung, tapi perlahan tanganku membalas uluran tangan itu, menjabat erat.
"Namaku Aria," balasku.
Setelahnya Natia menghilang dari hadapanku. Tak berselang lama, ketua kelasku datang dengan sumringah, jika tidak salah namanya Jogar.
"Hei, Pak Agus hari ini tidak bisa masuk, katanya sih ban motornya bocor."
Mendadak seisi kelas teriak kegirangan. Aku bersyukur, setidaknya aku bebas dari hukuman dan tidak mengecewakan pak Agus.