Mohon tunggu...
Niki Rina
Niki Rina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Niki Rina

Cita Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titik Terang di Balik Kegelalapan

30 Maret 2022   17:02 Diperbarui: 30 Maret 2022   17:15 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          "Ayahmu tadi tertabrak oleh pengendara motor pada saat pergi ke pasar. Tetapi, sekarang ayahmu sudah dibawa ke rumah sakit Indah Permata", ucap Pak Ahmad memberitahu.
          "Terima kasih, Pak, atas informasinya saya akan segera ke rumah sakit." Ujarku.
Lalu, aku berangkat ke rumah sakit. Sesapainya di sana aku menemui ayah dan ibuku di ruang rawat inap. Dengan penuh rasa khawatir aku menanyakan kondisi ayah.
          "Ayah..., bagaimana kondisi Ayah? Apakah baik-baik saja?" Kataku sambil memegang tangan ayah.
         "Ayah tidak apa-apa, Edo, hanya cedera sedikit pada bagian kaki, kamu tidak perlu khawatir ya, Nak." Jawab ayah.
          Tak lama kemudian, ayah tiba-tiba memanggilku dan memberikan kunci motor kepadaku. Dengan sangat bingung, aku bertanya.
          "Ini kunci motor siapa, Yah?" Tanyaku penasaran.

"Ini motor untukmu, Nak, motor yang sudah kamu idam-idamkan dari dulu." Ucap ayah.
Aku sangat gembira dan berterima kasih.

          "Terima kasih, Ayah, sudah memberikan motor baru yang selama ini aku idam-idamkan." Ucapku sambil memeluk ayah.

Ibu hanya tersenyum dan mengelus kepalaku. Malam pun tiba, aku dan ibu bersiap untuk istirahat karena ayah sudah tertidur lebih dulu setelah meminum obatnya.
          "Edo, ini sudah malam mari kita tidur," ujar Ibu di tengah dinginnya malam.
          "Iya, Bu, Edo akan segera tidur, oh iya, Bu...," ucapku kepada ibu.
          "Iya, kenapa, Nak?" Jawab Ibu .
          "Edo akan berjanji setelah Edo lulus SMK. Edo ingin membalas semua pengorbanan Ayah dan ibu yang selama ini telah berkorban untukku. Edo ingin menjadi anak yang bisa dibanggakan oleh Ayah dan Ibu." Ucapku mengungkapkan sebuah impian.

Ibu hanya mengelus pundakku sambil tersenyum bangga. Setiap perjuangan tidak akan mengkhianati hasil, jadi teruslah mencari titik terang dibalik semua kegelapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun