Aktivitas ekowisata yang ada di Taman Nasional Tanjung Puting, meskipun belum sempurna dan harus terus berbenah, telah menciptakan peluang pekerjaan lokal dan memberikan insentif untuk melestarikan lingkungan alam bagi masyarakat setempat. Ini adalah salah satu contoh kompromi ideal bagaimana memberikan solusi alternative income kepada masyarakat melalui kegiatan yang lebih pro lingkungan dan mengurangi kegiatan eksploitasi sumber daya alam berlebihan yang cenderung hanya memberikan manfaat ekonomi yang bersifat sementara, seringkali tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem dan mata pencaharian masyarakat setempat.
Kondisi Pascapandemi
Pascapandemi, Taman Nasional Tanjung Puting mengalami kebangkitan sebagai salah satu destinasi ekowisata yang mendapat sambutan hangat dari wisatawan. Setelah dua tahun lumpuh akibat pandemi, tingginya permintaan kunjungan menandakan keinginan kuat untuk kembali menjelajahi keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang ditawarkan Tanjung Puting. Angka kunjungan sebanyak 25.323 wisatawan pada tahun 2022, dengan 65 persennya berasal dari wisatawan mancanegara, mencerminkan daya tarik yang luar biasa dari Taman Nasional ini.
Keberhasilan ini dapat diatribusikan tidak hanya pada keindahan alamnya, tetapi juga pada konsolidasi stakeholders lokal dan implementasi pembenahan kebijakan oleh otoritas, seperti pembatasan kuota kunjungan yang diperbarui dan penggunaan sistem online booking untuk izin masuk kawasan, yang semuanya mendukung pengelolaan yang lebih bertanggung jawab.
Prestasi gemilang Taman Nasional Tanjung Puting juga mendapat apresiasi dari Direktur Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang memberikan penghargaan sebagai satuan kerja Taman Nasional dengan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) tertinggi ke-3 di bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan pada kawasan konservasi tahun 2023.Â