Mohon tunggu...
Michael Juanda
Michael Juanda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orangutan Journey

Indonesian Ecotour Guide, Founder of Orangutan Journey!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Profesor Birute Galdikas, Sang Mahaguru Orangutan Dunia

16 Desember 2022   07:07 Diperbarui: 18 Desember 2022   00:50 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profesor Birute Galdikas. (Sumber: www.cbc.ca)

Membahas berbagai hal tentang orangutan, satwa eksotis yang menjadi salah satu kebanggaan Indonesia dan daya tarik luar biasa bagi para wisatawan yang berkunjung ke pulau Kalimantan & Sumatra, tidak bisa dilepaskan dari sosok Profesor Birute Galdikas.

Nama yang mungkin masih cukup asing di banyak telinga anak bangsa, namun begitu tersohor di dunia primatologi dan konservasi kera besar di dunia.

Birute Galdikas adalah pionir bagi penelitian orangutan di dunia, tokoh konservasi alam, lingkungan, dan hutan Kalimantan, yang telah berkarya lebih dari 50 tahun di Indonesia sejak tahun 1971. Beliau adalah 'anak didik' yang dimentori secara langsung oleh legenda paleoantropologi dunia, Dr. Louis Leakey, sebelum memulai karya agungnya di hutan hujan tropis Kalimantan.

Terlahir di Wiesbaden, Jerman, tanggal 10 Mei 1946, Galdikas dan keluarganya beremigrasi ke Kanada, menetap disana dan mendapatkan kewarganegaraan setempat.

Beliau menyelesaikan studi dengan bachelor degree pada konsentrasi psikologi &zoologi di University of California, Los Angeles (UCLA), kemudian meraih gelar master bidang antropologi pada tahun 1969 di universitas yang sama.

Keinginan kuat untuk melakukan penelitian orangutan di habitat aslinya mempertemukan beliau dengan Dr. Louis Leakey, yang kemudian menyetujui rencana tersebut serta membantu mendapatkan pendanaan lewat bantuan dari The National Geographic Society untuk mendirikan fasilitas penelitian di Kalimantan.

Birute Galdikas & Orangutan tahun 1975. (Sumber: National Geographic)
Birute Galdikas & Orangutan tahun 1975. (Sumber: National Geographic)

Leakey's Angels

Bak kisah 3 wanita cantik yang memainkan peran sebagai private detective berkemampuan khusus dan dipimpin oleh sosok "Charlie" dalam sinema komedi-aksi terkenal "Charlie's Angels", di dunia penelitian kera besar juga dikenal tiga orang wanita spesial yang seluruhnya dimentori oleh Dr. Louis Leakey. "Leakey's Angels" merupakan salah satu julukan bagi Jane Goodall, Dian Fossey, dan Birute Galdikas menjadi yang paling muda diantara ketiganya.

Jane Goodall melakukan studi dan penelitian simpanze di Kenya & Tanzania sejak 1960, Dian Fossey dikenal sebagai peneliti terkemuka untuk gorilla sejak 1966 di wilayah Kongo & Rwanda hingga ditemukan tewas terbunuh secara sadis pada 26 Desember 1985.

Birute Galdikas memulai studi dan penelitiannya di Suaka Margasatwa Tanjung Puting (kini Taman Nasional Tanjung Puting), Provinsi Kalimantan Tengah, sejak 1971. Trio ini juga dikenal di dunia internasional sebagai "The Trimates", tiga wanita ahli primata paling berpengaruh di dunia.

Dian Fossey-Jane Goodall-Birute Galdikas. (sumber: www.orangutan.org)
Dian Fossey-Jane Goodall-Birute Galdikas. (sumber: www.orangutan.org)

Orangutan dan Hutan Kalimantan

6 November tahun 1971, pertama kalinya Birute Galdikas yang saat itu masih berusia 25 tahun bersama Rod Brindamour (mantan suaminya) menjejakkan kaki di hutan wilayah Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, mengawali penelitiannya tentang orangutan, satu-satunya kera besar di luar benua Afrika.

Dengan bantuan masyarakat lokal dari wilayah Kumai dan Pangkalan Bun, dan dukungan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan, penelitian beliau dapat berjalan dan diawali dengan baik.

Tempat pertama beliau memulai petualangannya kala itu adalah sebuah pondok sederhana tanpa dinding di tengah belantara, tempat ini kemudian hari diberi nama "Camp Leakey", sebagai bentuk penghormatan kepada sang mentor.

Camp Leakey di masa kini menjadi salah satu situs paling bersejarah di dunia primatologi, sekaligus tempat kunjungan wisata paling populer di Pulau Kalimantan khususnya bagi wisatawan mancanegara yang ingin melihat langsung orangutan di alam liar.

Wisatawan mancanegara berkunjung ke Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting./Koleksi pribadi
Wisatawan mancanegara berkunjung ke Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting./Koleksi pribadi

Kecintaan mendalam pada orangutan membawa beliau pada aksi lebih jauh dari sekadar penelitian dan studi, yakni terlibat secara aktif dalam pelestarian berbagai satwa liar dan hutan Kalimantan yang menjadi habitat alaminya.

Sebagai bentuk advokasi lingkungan, upaya konservasi, dan pencegahan deforestasi, beliau kemudian mendirikan Orangutan Foundation International (OFI) tahun 1986 untuk meraih dukungan dunia dan perhatian serius pemerintah Indonesia dalam mendukung usahanya.

Warisan dan Dedikasi Seumur Hidup

Sebagai seorang akademisi dan doktor di bidang antropologi, Birute Galdikas juga menerima gelar profesor penuh dari Simon Fraser University di Kanada, serta gelar profesor luar biasa dari Universitas Nasional, Jakarta.

Beliau telah berjasa mengedukasi banyak orang khususnya mahasiswa tentang orangutan, konservasi alam, perlindungan hutan dan satwa liar.

Birute Galdikas adalah peneliti utama yang melakukan studi berkelanjutan dan penelitian tentang hewan liar terlama dalam sejarah sains dunia, dengan menghabiskan lebih dari 100.000 jam penelitian orangutan selama beberapa dekade. Label "Mahaguru" orangutan dunia absolut disandang beliau.

Beragam jurnal dan publikasi ilmiah telah diterbitkan hasil dari studi serta penelitian beliau, termasuk beberapa buku populer tentang orangutan dan pengalamannya di hutan Kalimantan: Reflections of Eden (1995); Orangutan Odyssey (1999); dan Great Ape Odyssey (2005).

Profesor Birute Galdikas & Profesor Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif RI periode 2011-2014./Dok Profesor Birute Galdikas
Profesor Birute Galdikas & Profesor Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif RI periode 2011-2014./Dok Profesor Birute Galdikas

Tahun 2021 lalu menandai tepat 50 tahun karya dan dedikasi beliau untuk orangutan, satwa liar, masyarakat, dan perlindungan hutan Kalimantan yang merupakan salah satu hutan hujan tropis tertua di dunia.

Pionir Ekowisata

Birute Galdikas adalah salah satu tokoh yang mengawali kegiatan ekowisata di Indonesia, yang proaktif meyakinkan pemerintah Indonesia untuk memberikan izin agar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting dapat dimanfaatkan secara terbatas bagi kegiatan wisata oleh warga lokal sebagai bagian mendukung upaya konservasi.

Setelah diadakannya Konferensi Kera Besar Internasional (1991) yang dihadiri banyak ilmuwan dunia termasuk Dr. Jane Goodall di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, pemerintah melalui Kementerian Kehutanan membuka akses bagi masyarakat lokal untuk berusaha lewat kegiatan wisata mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting, terbatas di area Camp Leakey. Sebelumnya hanya peneliti, ilmuwan, tamu pemerintah, dan mahasiswa yang diberikan izin ke wilayah ini.

Ini adalah langkah konkret untuk memberikan alternatif pendapatan masyarakat daripada melakukan kegiatan illegal logging, perburuan satwa, maupun penambangan liar.

Saat ini, Tanjung Puting menjadi salah satu destinasi unggulan ekowisata Indonesia dan menyandang predikat sebagai destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara di pulau Kalimantan wilayah Republik Indonesia.

Kegiatan ekowisata terus berkembang dan mampu memberikan lapangan pekerjaan untuk banyak orang. Bagi masyarakat lokal khususnya di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat, semua ini tidak lepas dari sejarah dan jasa beliau.

Penghargaan

Menjadi ilmuwan terkemuka atas berbagai karya dan dedikasinya, Birute Galdikas yang berasal dari keluarga berdarah asli Lithuania ini telah menerima banyak sekali pengakuan dan penghargaan baik di skala nasional maupun kaliber internasional:

  • Kalpataru (Indonesia)
  • Tyler Prize for Environmental Achievement
  • Institute of Human Origins Science Award
  • Officer, Order of Canada
  • PETA Humanitarian Award
  • United Nations Global 500 Award
  • Sierra Club Chico Mendes Award
  • Eddie Bauer Hero for the Earth
  • Queen Elizabeth II Commemorative Medal (Canada)
  • Chevron Conservation Award
  • Pride of Lithuania Award
  • Gold Medal for Conservation, Chester Zoological Society (UK)
  • Explorer and Leadership Award, Royal Geographic Society of Spain
  • Queen Elizabeth II Jubilee Medal (Canada)
  • Satya Lencana Pembangunan (Indonesia)

Beliau juga telah tampil dan diliput berbagai media internasional baik cetak maupun elektronik, menjadi tokoh utama banyak film dokumenter dunia terkait konservasi orangutan, perlindungan alam & satwa liar, serta perjalanan hidupnya yang inspirasional.

Salah satu dokumenter terkenal yang beliau bintangi adalah Born To Be Wild 3D (2011) yang diputar secara resmi di 26 negara dan dinarasikan langsung oleh aktor top Morgan Freeman, sang "Voice of God".

Presiden Bill Clinton (AS) & Profesor Birute Galdikas di Camp Leakey (2014)/Dok Profesor Birute Galdikas 
Presiden Bill Clinton (AS) & Profesor Birute Galdikas di Camp Leakey (2014)/Dok Profesor Birute Galdikas 

Ibu Profesor

Kala pertama kali tiba di Indonesia akhir 1971 silam, Birute Galdikas berstatus sebagai peneliti asing dan warga negara Kanada.

Seiring perjalanan hidup dan kecintaan beliau terhadap Kalimantan dan Indonesia, beliau telah menerima kewarganegaraan penuh dari pemerintah Republik Indonesia. Bahkan bagi masyarakat lokal yang mengenal dan tahu akan sosok beliau, panggilan akrab bagi beliau adalah "Ibu Profesor".

Beliau menikah dengan Pak Bohap (Alm), seorang tokoh dari suku Dayak Pasir Panjang yang pernah menjadi asisten penelitian beliau dan memiliki pengetahuan alami luar biasa tentang flora serta fauna di hutan Kalimantan.

Mendiang suami beliau ini juga adalah salah satu pendiri Orangutan Foundation International (OFI), dan sosok 'Panglima lapangan' yang sangat penting dalam membantu riset serta upaya-upaya konservasi yang beliau jalankan.

Kini, di usia yang tidak lagi muda, Ibu Profesor masih terus aktif menjadi pengajar di beberapa universitas di Amerika Serikat dan Kanada, menghadiri banyak seminar & forum, menjalankan berbagai kampanye peduli lingkungan sebagai presiden dari Orangutan Foundation International (OFI), serta kerap masih turun langsung ke kegiatan-kegiatan lapangan di hutan Kalimantan terkait konservasi maupun penyelamatan orangutan dan satwa liar lainnya.

Penulis bersama Ibu Profesor, Taman Nasional Tanjung Puting (2015)/Dok pribadi
Penulis bersama Ibu Profesor, Taman Nasional Tanjung Puting (2015)/Dok pribadi

Kisah penuh inspirasi dan teladan semangat beliau ini semoga dapat menjadi refleksi bagi kita semua, putra-putri Indonesia, jika sosok yang dulunya adalah warga negara asing seperti beliau memilih mendedikasikan hidupnya untuk melindungi alam, satwa, dan kekayaan nusantara, kita semua layaknya juga tergugah meneladani jejak beliau lewat karya dan upaya nyata di bidang-bidang yang kita kerjakan.

Menyambut momentum peringatan Hari Ibu Nasional tahun 2022, tulisan ini saya dedikasikan secara khusus untuk beliau.

Terimakasih Ibu Profesor!

***

Referensi:

https://orangutan.org/about/dr-birute-mary-galdikas/

https://www.cbc.ca/radio/thecurrent/the-current-for-nov-17-2021-1.6252031/how-canadian-birut%C3%A9-galdikas-uncovered-the-secret-life-of-orangutans-1.6252599

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun