Sekarang kecerdasan buatan sedang marak berkembang yaitu chatbot replika, chatgpt, google bard. Serta pembuat gambar otomatis bernama bing image ai dan sejenisnya. Dan menjalankan sistem perintah pada perangkat elektronik seperti cortana windows dan siri ios. Dalam kecerdasan buatan sang anak bisa bertanya perkataan sederhana atau kalimat yang tidak dia ketahui sebelumnya untuk menemukan jawaban dan mencari arti maksudnya ketika sedang tidak ada orang lain untuk ditanyakan, contohnya apa itu kata, “Tedensius, Netral?”
Tedensius jika di artikan sama dengan sepihak, serta netral artinya sama dengan tidak memihak atau tidak memilih, bersikap seimbang, nah ada si anak yang belum tau kata-kata istilah ini yang sering di ucapkan, namun kecerdasan buatan bisa menjelaskan secara singkat langsung ke intinya sedangkan sebagian situs internet malah ada yang menjelaskannya secara panjang lebar.
Begitu juga ketika ada yang memberikan suatu kalimat yang tertulis atau percakapan yang mana sang anak belum terlalu memahami maksudnya, contoh, “Di antara mereka sudah pernah pergi ke dokter gigi.” Mungkin sebagian sang anak akan bingung memahaminya, namun ketika ditanyakan ke kecerdasan buatan contohnya chatgpt atau google bard, sontak akan menjawab maksudnya adalah, “Bukan semuanya, namun hanya sebagian bisa dua atau tiga orang bahkan lebih dari mereka semua yang misalnya semuanya berjumlah sepuluh orang atau kurang, lebih.”
Sederhana, namun membantu. Tetapi tetaplah harus di awasi sebab kecerdasan buatan tidaklah sempurna dan anak perlu dibimbing. Dalam chatbot sang anak bisa juga mencoba belajar bahasa asing contohnya bahasa Inggris mirip seperti berbicara dengan orang sungguhan, demi melatih percakapan.
Si anak yang menggunakan kecerdasan buatan dalam membuat gambar otomatis seperti bing image ai, bisa melatih dalam imajinasinya serta kreatifitasnya yang akan di tuangkan dalam bentuk yang lebih halus terbuat, jika dia belum terlalu mahir menggambar. Ini bukan untuk membuat sang anak menjadi ketergantungan tapi bisa menyampaikan imajinasinya serta bisa mencoba belajar menggambar dari meniru struktur objek-objek yang ada di gambar tersebut.
Lalu pada teknologi adanya permainan video, yang bisa melatih pola pikir sang anak, entah bersifat solo atau bermain multiplayer bersama pemain lain, contohnya game survival, moba, sudoku untuk berhitung atau teka-teki serta menyusun benda-benda berbentuk kotak, segitiga, bundar sesuai struktur, dengan ini sang anak akan belajar untuk semakin mengasah kecerdasannya, bagaimana cara menyusun strategi, menyelesaikan masalah dan memenangkan permainan.
Menjadikan pembelajaran lewat bentuk permainan tentu akan membuat sang anak tertarik dan tidak bosan, karena anak-anak suka bermain. Permainan ini tentu akan menjadi daya tarik yang tanpa di sadari bahwa dia sedang belajar menyelesaikan tantangan maka pada saat berhadapan dengan masalah-masalah kecil yang bisa saja terjadi, dia mampu menggunakan akal kreatifnya yang telah dilatih untuk mengatasinya. Tapi hal ini tentu masih dicakup batasannya karena bisa membuat si anak kecanduan, lebih baik membiarkan sang anak mencobanya daripada tidak pernah sama sekali.
Penggunaan teknologi seperti ini dalam pendidikan karakter si anak, membuat anak lebih tertarik dan tak bersifat monoton serta bisa berpikir kritis. Teknologi memudahkan akses belajar anak, hanya dengan menggerakkan tombol dan menggeser objek digital serta berbicara lewat microphone yang menangkap suara, sang anak sudah mampu dengan lebih cepat membuka isi pelajaran.
Di tambah bentuk-bentuk objek dan warna yang menarik menambah minat si anak. Bahkan dengan teknologi ini membuat si anak bisa dengan mudah belajar tanpa terbatas akan ruang dan jarak, atau memilih menggunakan teknologi jika merasa gugup belajar di ruang kelas terbuka bertatapan langsung dalam pembelajaran atau waktu tertentu.
Teknologi bisa menghitung dan menyimpan level kemampuan sang anak, level mampu naik maupun turun, contoh dalam aplikasi speaky dan duolingo akan menampilkan seberapa persen kemampuannya dari hasil menghitung jumlah kebenaran dan kesalahan dalam menjalani soal yang ada. Dengan ini si anak akan mengetahui seberapa persen kemampuannya apakah masih tetap, akan meningkat atau menurun, dan hasilnya akan memacunya tuk terus berlatih menjadi lebih baik.
Gawai adalah perangkat yang simpel di bawa dan di gunakan, berkat kemudahannya sang anak bisa belajar kapan saja dan di mana saja, namun perlu di ingat akibat kemudahan ini konten-konten negatif pun juga bisa dengan cepat di temukan, tentu perlunya mengaktifkan filter khusus yang tersedia untuk menyaring konten ini agar tak terlihat pada gawai si anak guna menghindarinya demi keamanan mental anak.