"Door...' ketiga kalinya ia tertembak dan akhirnya ia ambruk.Fredy yang menyaksikan kejadian tragis itu tak kuasa menahan air matanya.Fredy berlari menghampiri Mentari yang ambruk terkena tembakan,tetapi anak buahnya menahannya.
Kontak senjatapun berakhir,Polisi kemudian mengejar anak buah Fredy yang berhasil kabur.Suasana rumah sangat mencekam.Entah berapa orang anak buah Fredy yang tewas.Setelah kondisi aman,Fredy berlari menghampiri Mentari yang terkapar.Ia memeluk tubuh Mentari yang penuh darah tersebut.Mentari mengusap lembut pipi Fredy.
"Aku...c...iiii...nnn....ttt...aaa...kaaa...mmm...uuu" kata Mentari dengan terbata-bata.Mulutnya mengeluarkan darah.Merah dari lipstick yang dipakainya bercampur dengan merah darah yang keluar dari mulutnya.Ia tersenyum kepada Fredy untuk terakhir kalinya,dan kemudian tubuhnya tak lagi bernafas dan tak lagi bergerak.Fredy menangis,teriak sejadi-jadinya.Rasa kehilangan,patah hati,marah,benci bercampur jadi satu.Ia luapkan emosinya dengan menembak jasad Polisi yang ada di depannya sambil memaki-maki.Setelah puas meluapkan emosinya,ia membopong jasad Mentari,ia bawa ke mobil.Mobil pun dihidupkan dan bergerak menjauhi rumah tersebut.
Di dalam mobil,ia memandang jasad Mentari yang ia baringkan di sampingnya sambil berharap agar Mentari hidup kembali.Tapi takdir berkehendak lain,Mentari tak lagi bersinar menyinari kehidupan Fredy.Yang ada tinggal kenangan yang akan tetap tersimpan di memori Fredy.
"tak kan ada yang mampu menggantikan senyuman indah dari bibirmu yang merah itu,beristirahatlah dengan damai,terima kasih atas perhatian dan kasih sayangmu untukku"Kata Fredy sambil mencium kening jasad Mentari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H