Mohon tunggu...
Lilis Juwita
Lilis Juwita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Painting, Art, Poem, Short Story n Graphic Design That's Really Me. Aku bukan Wonder Woman, aku juga bukan Kartini, aku bukan Bidadari tanpa Sayap, aku bukan satu dari 7 Selendang Pelangi yang hilang, aku cuma perempuan yang takut panas, debu dan kucing. Aku cuma perempuan yang “Tak Biasa” ♪♫•*¨*•.¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¨*•♫♪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku di antara Abi dan Ummi

20 Mei 2019   11:23 Diperbarui: 21 Mei 2019   10:08 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antologi Cerpen_Saat Berbagi Hati

"Tahun depan usia saya sudah menginjak empat puluh lima tahun dan saya belum mempunyai keturunan." helaan nafasnya berat seperti menghempaskan beban di dada.

"Kamu pasti bertanya siapa Putri yang selama ini dikenal sebagai puteri tunggal kami, Putri adalah anak perempuan kakak iparku, yang sejak lahir kami rawat." lanjutnya.

"Saya menikahi Bu Mirna ketika usia saya masih sangat muda, saat itu baru lulus STM waktu mulai bekerja sebagai asisten mekanik di tambak udang yang sekarang dipercayakan kepada saya. Bu Mirna sudah menjadi karyawati senior tepatnya bagian keuangan di perusahaan." tatapannya seperti menerawang jauh pada titik-titik masa yang ia lewati.

"Sejak kecil saya tinggal bersama kakak tertua di pulau Jawa, setelah lulus sekolah kemudian memutuskan merantau hingga ke Banyuwangi seorang diri. Lalu saya mengalami masa-masa sulit, kemudian jatuh sakit cukup parah dan jauh dari kedua orang tua yang berada di pulau Sumatera tepatnya di Bengkulu. Hanya Bu Mirna yang selalu ada dan merawat saya hingga sembuh dari sakit." aku hanya mengangguk meski belum juga paham ke mana arah jalan pembicaraan Pak Adam.

"Dinda, saya tahu kamu belum mengerti maksud dan tujuan saya bicara soal itu." Pak Adam meneguk habis sisa kopi yang tinggal separuh.

"Saya membicarakan hal yang sangat pribadi dalam hidup saya, supaya kamu lebih paham keadaan saya saat ini." lanjutnya dengan raut muka yang sedikit lebih tenang.

"Dinda, saya menginginkan keturunan dalam pernikahan saya. Bu Mirna tidak mungkin memberikannya kepada saya pada usianya sekarang."

"Selain itu saya juga membutuhkan pendamping yang bisa memahami semua keperluan saya dalam menjalankan perusahaan sebesar ini, dan saya menemukan itu semua dalam diri kamu."

"Saya tidak ingin kebersamaan kita di luar kota menjadi fitnah. Dinda, maukah kamu menjadi istri saya?" pintaya tanpa basa basi.

Mendengar kalimat terakhir, membuat sekujur tubuhku bergeming, diam seperti patung. Beberapa saat napasku seolah berhenti lalu tersadar dan mendapati bahwa aku tidak sedang bermimpi. Apakah ini petunjuk_Mu ya Allah? inikah jawaban dari do'a yang dipanjatkan kepada_Mu setiap sujud malamku untuk segera mendapatkan pendamping hidup? Setiap kali aku meminta seorang Imam dalam menjalani hidup ini? Tapi kenapa harus Pak Adam?

"Saya tahu kamu belum siap menerima permintaan saya tadi, kamu tidak perlu menjawabnya saat ini juga. Tapi saya mohon pertimbangkan dengan sebaik-baiknya." tebakan Pak Adam benar-benar membuatku tidak bisa menjawab permintaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun