Mohon tunggu...
FATAHILLAH SALSA NUR RIZQI
FATAHILLAH SALSA NUR RIZQI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi

Saya merupakan seorang mahasiswa di bidang pertanian. Saya juga tertarik pada bidang gerakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lakukan Genetic Engineering, Tim Peneliti Universitas Brawijaya Kembangkan Padi Super yang Mampu Tumbuh di Lahan Marginal

21 Agustus 2024   08:02 Diperbarui: 21 Agustus 2024   12:18 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Fatahillah Salsa Nur Rizqi

Tim peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang atau UB melakukan 'genetic engineering' pada plasma nutfah padi lokal Indonesia. Budi Waluyo dan timnya menciptakan padi tetraploid melalui induksi poliploidisasi menggunakan senyawa kolkisin. Salah satu teknik dalam pemuliaan tanaman ini tidak hanya mampu memperbaiki susunan gen tanaman, tetapi juga mampu menghasilkan tanaman-tanaman yang berukuran jumbo. Kemampuan pertumbuhannya telah dibuktikan pada riset di lahan marginal yang mempunyai pH masam (<4).  


Umumnya, perbaikan genetik tanaman dilakukan melalui hibridisasi atau persilangan untuk menghasilkan rekombinasi genetik dari beberapa jenis padi yang disilangkan. Setelah itu, dilakukan seleksi selama tujuh hingga sepuluh generasi yang membutuhkan waktu 3-5 tahun. Namun, riset yang dilakukan tim dapat menyingkat waktu hingga 8x lebih cepat. Hasil penelitian kolaborasi dosen dan mahasiswa UB ini telah memperoleh pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (DITJEN DIKTI KEMDIKBUDRISTEK) pada tahun 2024 dan akan dipublikasikan di jurnal ilmiah.  

Lewat risetnya, Dosen Pemuliaan Tanaman ini mengungkapkan bahwa padi tetraploid mempunyai jumlah gen dua kali lipat dibanding padi normal. Hal ini bisa terjadi karena pada saat proses induksi poliploidisasi, terjadi kegagalan pembelahan sel, sehingga kromosom yang sudah terduplikasi terkumpul dalam satu sel. 

Seperti yang telah diketahui, jumlah kromosom padi normal adalah 24 pasang, sedangkan jumlah kromosom padi tetraploid meningkat menjadi 48 pasang. Hasilnya, seluruh gen mengalami duplikasi, sehingga ekspresi gen meningkat dua kali lipat lebih kuat. Sementara itu, sifat-sifat toleran terhadap lahan masam atau cekaman abiotik lain yang sebelumnya tidak dimiliki padi-padi normal, dapat terlihat di penampilan padi tetraploid. 

Selain itu, ketahan terhadap hama penyakit juga mengalami peningkatan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena gen-gen minor jumlahnya meningkat, sehingga mampu meregulasi proses metabolisme yang diperlukan untuk bertahan dalam cekaman abiotik.  Namun, kata Ketua Program Studi Magister Agronomi Universitas Brawijaya, peningkatan ekspresi gen yang terjadi tidak semuanya berdampak positif. 

"Padi-padi tetraploid juga akan mengalami peningkatan umur panen 10-15%, sehingga masa tanam akan sedikit lebih lama dibanding padi normal. Akan tetapi, petani nantinya tidak perlu khawatir akan hal ini, karena bulir padi yang dihasilkan lebih besar, sehingga hasil panen tentu lebih tinggi," ujar Budi Waluyo, saat diwawancarai di ruangannya yang berada di lantai 3 gedung Fakultas Pertanian UB.  

Peningkatan jumlah gen pada padi tetraploid bersifat stabil dan diturunkan pada generasi-generasi selanjutnya. Petani dapat menanam kembali hasil panen musim sebelumnya tanpa terjadi penurunan hasil yang signifikan Berbeda dengan vareitas hibrida yang cenderung memaksa petani untuk terus membeli benih setiap akan melakukan budidaya.  

Foto: Fatahillah Salsa Nur Rizqi
Foto: Fatahillah Salsa Nur Rizqi

"Jadi, duplikasi kromosom yang terjadi pada padi tetraploid itu bersifat kekal, keturunan F1, F2, dan seterusnya akan mempunyai 48 pasang kromosom selama tidak terjadi mutasi alami. Terkait penurunan hasil panen, mungkin akan terjadi tetapi tidak signifikan. Masih aman sampai lima atau enam kali penanaman. Kalau hibrida kan F1-nya bersifat heterozigot, jadi kalau ditanam lagi tidak mungkin mempunyai performa yang sama dengan sebelumnya. Akan turun drastis" ujar Budi Waluyo.


Potensi yang Menjanjikan
Ia memperkirakan penggunaan benih padi tetraploid sangat berpotensi untuk memaksimalkan penggunaan lahan suboptimal di Indonesia. Dilansir dari Badan Pusat Statistik, lahan masam di Indonesia terbagi ke dalam tiga tipe lahan yang berbeda, di antaranya lahan kering, lahan rawa, dan lahan basah non rawa. Area yang tergolong lahan kering masam mencakup Pulau Kalimantan (39,0%), Papua (19,3%), dan Sumatra (30,9%), sedangkan Pulau Nusa Tenggara (0,17%), Maluku (2%), dan Sulawesi (7,5%) didominasi oleh lahan tidak masam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun