Tidak. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa tidak ada kualitas manusia Indonesia yang baik. Diaspora Indonesia itu luar biasa. Murid-murid di Indonesia juara di berbagai kompetisi internasional dalam bidang ilmu apapun. Tapi kita belum jadi negara pencipta. Filsuf-filsuf kita belum jadi acuan bagi dunia. Ada apa?
Terkadang saya berpikir bahwa penjajahan itu memiliki peranan besar dalam membentuk watak bangsa Indonesia. Tapi rasa-rasanya Amerika bukan tidak pernah mengalami masa buruk seperti Indonesia.Â
Amerika Serikat bersatu dengan perang saudara. Pasar jual beli manusia kulit hitam paling besar di dunia pada masa lampau ada di Amerika dan benua Eropa. Periode "suram" yang dialami oleh Amerika Serikat pun bukan pendek. Sejarahnya penuh darah. Artinya hal ini tidak bisa jadi permakluman bukan?
Indonesia malah cukup "beruntung". 1787 Konstitusi Amerika Serikat, 1945 Konstitusi Indonesia. 158 tahun pengalaman mengurus negara merupakan pelajaran yang amat berharga. Apa mungkin masalahnya di kesediaan kita untuk belajar, dan khususnya belajar dari sejarah?
Dari kunjungan kemarin, saya pribadi meyakini ada 1 hal yang menjadi pilar kekuatan pembangunan Amerika Serikat sehingga menjadi seperti ini yaitu penghargaan terhadap ilmu pengetahuan. Penghargaan ini termanifestasi nyata sampai hal "remeh-temeh" misalnya dekorasi plafon gedung dan koleksi buku. Penghargaan terhadap substansi ilmunya dan tokoh-tokohnya.
Siapa peduli terhadap plafon gedung? Tapi di gedung US Capitol dan US Congress library, plafon rotunda dan plafon main reading room-nya lah yang menjadi kebanggaan. Saya bukan orang yang nyeni jadi kurang bisa saya gambarkan bagaimana indahnya plafon kedua gedung itu. Itu lukisan dan ukiran, tapi bukan lukisan dan ukiran sembarang. Itu lukisan dan ukiran yang, selain cuantik tenan, menunjukkan apresiasi terhadap ilmu. Apresiasi terhadap filsuf, musisi dan pelukis.
"Ah itu kan karena mereka negara kaya!" ya betul sekarang mereka memang negara sangat kaya, tapi gedung US Congress itu dibangun tahun 1800, bahkan sempat dibakar tentara inggris tahun 1812. White House juga dibakar oleh tentara inggris di tahun yang sama, tapi lihat bagaimana kondisinya saat ini? Berdiri mentereng di posisi yang sama tanpa perubahan tampilan yang radikal. Memang di tahun itu Amerika Serikat sudah se-tajir ini? Rasa-rasanya bukan karena kaya atau tidak kaya. Tapi konsistensi mengalokasikan dana untuk terus membangun apresiasi terhadap ilmu pengetahuan dan sejarah. Cat retakpun tidak ada di gedung US Congress!
Saya coba kembali ke tanah air. Saya pernah ke museum-museum di Jakarta, perpustakaan-perpustakaan. Belum ketemu kata yang pas selain, "jauh". Di perpustakaan nasional sempat susah cari buku karena, "kayanya masih di tumpukan itu deh mas," sembari menunjuk ke sebuah meja dimana bertumpuk tinggi buku yang sudah selesai dibaca. Di museum gajah tidak muncul rasa tertarik karena tata tampilannya tidak mengundang ketertarikan, bahkan beberapa koleksi hilang.