“Buat apa, aku setan dan pantang menolong manusia.”
“Karena kamu telah menghasutku untuk meninggalkan altar. Kamu tahu aku sudah muak berhubungan dengan Peter, tunanganku, tapi aku tidak berani memutuskan untuk berpisah darinya. Sebagai manusia aku terlalu penakut. Peter selalu berbohong di belakangku, hal itu yang tidak aku suka darinya, tapi aku tidak bisa memprotes semua kebohongannya. Hingga malam itu, kamu membisikkan sesuatu di hati kecilku membuatku menjadi berani menentangnya, kami bertengkar hebat malam itu. Tapi aku tidak menyesal, justru merasa lega,” matanya menatapku lalu tersenyum, “esok paginya dengan bisikan dari-mu lagi, aku dengan berani lari dari altar. Jika tidak karena bisikanmu, mungkin aku akan terjebak dalam pernikahan bodoh sepanjang hidupku.”
“Lalu mengapa kamu sering menangis setelahnya, aku melihatnya.”
“Ah Ork, manusia itu menangis bukan karena hanya ia sedih saja, tapi kebahagiaan dan perasaan tertekan yang menghilang itu pun dapat membuat manusia menangis. Itu biasa disebut dengan tangisan kebahagiaan. Nah Ork kamu mengerti kan.”
Aku hanya mengangguk, ada banyak pelajaran tentang manusia yang aku harus pelajari, kemana saja aku selama kuliah, dan yang lebih bodoh aku mendapat nilai dengan pujian tapi aku sendiri tidak tahu apa-apa.
“Ork, bisakah kamu katakan tentang perasaanmu, dengan wajah aslimu, dengan tulus,” pintanya.
Aku sedikit heran dengan kemauannya, dan demi neraka aku akan mengabulkan apa saja yang ia pinta. Aku merubah wajahku menjadi wajah asliku. Menahan sebentar, otakku berputar, kalimat yang akan aku ucapkan seperti tertahan, aku tidak tahu hal apakah ini, begitu menyiksa, dan menggangguku. Dengan tertahan aku mengeluarkannya, “aku cinta kamu, Ross.” Wajahku langsung menunduk malu, semoga tidak ada setan lain yang melihatku melakukan ini, kalaupun ada akan kukirim ia ke neraka tiga belas.
Tangan Ross yang lembut mengangkat wajahku, ia tersentak sedikit, mungkin merasakan panas neraka di wajahku. Aku menatapnya, oh demi Sang Penguasa Neraka, wajahnya terlihat begitu manis, kalau aku memiliki hati mungkin sudah meleleh saat ini.
“Aku juga sayang kamu, Ork,” ia menciumku perlahan. Terdengar suara petir menyambar di otakku, api dan kilat terus menyambar di mataku, akhirnya asap keluar dari kepalaku. Ciumannya begitu hangat. Aku berjanji akan memberikan waktuku untuknya, menemaninya sampai di akhir hidupnya, dan jika ia di neraka nanti, aku siap menggantikan hukuman yang ia terima. Aku berjanji, janji setan yang abadi!
Cat, cerpen ini dibuat untuk blog gagas tapi belum keterima jadi ajah dimasukkin ke sini :) he he he
http://blog.gagasmedia.net/Cerpen/curhat-atas-kegalauanku.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H