Iklim di dusun Selo Ngisor disesuaikan dengan komoditas yang ditanam sehingga pengantisipasian gagal panen hanya memiliki batas minimum. Terbukti bahwa panen kubis sering dilakukan berkali-kali untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Lahan yang digunakan untuk budidaya tidak selalu sama digunakan untuk menanam komoditas yang sama terus menerus.Â
Misalnya pada lahan Bapak Wahab, menggunakan sistem pertanaman yang bergilir dengan cara merotasikan tanaman yang berbeda setiap pemanenan. Seperti, sebuah lahan dibagi 4 petak dengan menanam bayam-selada merah-lotus-pakcoy.Â
Setelah semua tanaman sudah dipanen maka dilakukan pergiliran tanaman rotasi ke samping yaitu pakcoy-bayam-selada merah-lotus dan seterusnya dilakukan berkali-kali. Sistem yang digunakan ini bertujuan untuk memperbaiki unsur tanah agar tidak cepat rusak.Â
Untuk memperbaiki tanah Pak Wahab melakukan pemupukan dengan mikroorganisme yang dibuatnya sendiri dengan kelompok taninya yang dinamakan "power/mol". Untuk sekitar lahan budidaya milik Bapak Wahab diberi pembatas berupa "rumput gajah" untuk mencegah hewan liar yang masiuk ke lahan. Rumput gajah ini juga digunakan untuk pakan ternak.
Untuk sumber pengairan lahan budidaya milik kelompok tani P4S Tranggulasi berasal dari mata air pegunungan. Karena cangkupan wilayah lahan yang berada di lereng Gunung Merbabu.Â
Untuk pengujian air di laboratorium tidak dilakukan karena air yang digunakan berasal dari sumber langsung mata air Gunung Merbabu. Air tersebut tidak hanya digunakan untuk lahan saja tetapi juga dikonsumsi oleh keluarga Pak Wahab.Â
Tujuan dari Kementan No. 48 Tahun 2006 salah satunya adalah memperbaiki efisiensi penggunaan sumber daya alam. Sehingga penerapan pupuk yang digunakan pada lahan Pak Wahab menggunakan pupuk padatan organik yaitu pupuk kandang. Sedangkan untuk pengendalian hama selalu menggunakan pestisida alami yang terbuat dari tanaman empon-empon, temu-temuan, dsb.Â
Produk tersebut diproses produksi sendiri yang dinamakan "ces pleng" untuk mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan. Karena maksud dari Pak Wahab hama itu bukan dibunuh tetapi hanya diusir agar tidak menganggu proses budidaya tanaman.
Untuk integrasi dalam menangani hama/penyakit secara fisik/mekanis dilakukan dengan pemotongan bagian yang terkena penyakit dengan menggunakan alat yang khusus (tersendirikan). Untuk secara kimia dilakukan dengan pemberian pestisida alami, sedangkan secara biologi dilakukan dengan pemberian power/mol (mikroorganisme pengurai) yang dibuat sendiri oleh kelompok tani tersebut.Â
Untuk pemupukan selama tanaman dibudidayakan hanya dilakukan 1x dalam setahun, selama 1 tahun mengalami 5x tanam menggunakan pupuk kandang pada awal tahun sebelum budidaya.Â
Untuk memperbaiki kualitas produksi dilakukan penyemprotan power/mol setiap akan dilakukan awal penanaman. Power/mol dibuat dari mikroorganisme pengurai dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang dibuat sendiri oleh kelompok tani tersebut.Â