Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nilai-nilai Baik dari Kearifan Lokal (Peumulia Jamee Adat Geutanyo) yang Menggugah Nurani Kita

30 Juli 2020   14:13 Diperbarui: 30 Juli 2020   16:21 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pernah membaca tentang kisah Tjoet Nya Dhien.  Putri seorang bangsawan kesultanan Aceh, istri dari seorang pejuang, Teuku Umar. Dan ia pun juga malah menjadi seorang tokoh perempuan Aceh yang akhirnya diasingkan Belanda ke Sumedang. Tjoen Nyak Dhien melanjutkan perjuangan suaminya untuk melawan penjajah. Kisahnya kemudian diangkat ke layar lebar tahun 1986 yang di sutradarai oleh Eros Djarot dan diperankan oleh Christin Hakim yang begitu dahsyat memerankannya hingga diganjar penghargaan pemeran utama wanita terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 1988.

Selain Tjoet Nyak Dhien masih banyak lagi tokoh-tokoh Aceh yang begitu luar biasa yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Tidak hanya tokoh-tokoh yang begitu gigih dalam berjuang mempertahankan tanah Aceh dari serangan Belanda

Tokoh-tokoh agamanya pun tak luput aku baca, Hamzah Fansuri, Nurrudin Ar-Raniri dan juga Abdurrauf Singkel. Abdurrauf Singkel dan Nurrudin Ar-Raniri merupakan sebagai ulama pembaruan Islam di Nusantara yang kiprahnya sudah berhubungan erat dengan jaringan global intelektual Islam.

Dalam bukunya yang berjudul Menyoal Wahdatul Wujud, karya Oman Fathurahman, Prof Azra dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa Nurrudin Ar-Raniri, Abdurrauf Singkel dan juga Yusuf Al Maqassari masuk dalam Ashab Al-Jawiyyin (Saudara kita orang Jawa). Luar biasa bukan. Bahkan ketiga tokoh nusantara itu, dalam hal intelektual islam menjadi transmitter utama tradisi intelektual-keagamaan dari pusat-pusat keilmuan Islam di Timur tengah ke Bumi Nusantara.

Ketika mereka kembali ke Nusantara mereka lalu menyebarkan ajaran Islam yang kemudian bersentuhan langsung dengan berbagai persoalan sosial politik. Mereka tidak hanya menuliskan berbagai karya lewat tulisan, mereka juga bersentuhan langsung dengan lembaga pemerintah, peradilan, pendidikan dan dakwah.

Sementara Abdurrauf Singkel, sejak tahun 1661-1690-an begitu produktif dalam menghasilkan karya yang membahas tentang fikih, tafsir, kalam dan tasawuf. Karyanya sangan fenomenal tentang fikih, bisa dikatakan sebagai yang peretama di wilayah Melayu Indonesia. 

Di bidang tafsir, ia adalah cendikiawan pertama di bagian dunia Islam yang bersedia mempersiapkan tafsir lengkap alquran dalam bahasa melayu. Nah yang paling dahsyat adalah ketika Abdurrauf Singkel merumuskan tentang sebuah kajian tentang doktrin Wahdatul Wujud, hingga Annemarie Schimmel menyatakan bahwa, Abdurrauf Singkel adalah seorang yang genius, otentik dan brilyan dalam interpretasinya mengenai tasawuf, hal itu dikatakan ketika Annemarie Schimmel membaca Daqa'iq Al Huruf.

Kemudian tokoh Aceh lainnya adalah Laksamana Malahayati. Aceh sudah mempunyai admiral (laksamana) perempuan pertama di dunia. Yang mampu memporakporandakan armada laut Belanda dan menewaskan Cornelis de Houtman.

Bang Iwan Fals mengatakan bahwa Malahayati adalah Panglima laksamana jaya Malahayati, Dia Perempuan Keumala, alam semesta restui, lahir jaya, berjiwa baja, perempuan ksatria negeri. Ditanganmu kini jiwa anak negeri.

Jiwa-jiwa anak negeri itu kini dibuktikan dengan mengedepankan nurani dan kemanusiaan masyarakat Aceh dalam membela sesama manusia. Membela pengungsi rohingya. Bagaimana para nelayan Aceh menarik kapal pengungsi rohingya hingga ke bibir pantai.

Yang lebih menggugah nurani dan kemanusiaan kita adalah, bagaimana masyarakat Aceh di sekitar pantai itu menjadi garda terdepan untuk membantu mereka. Mereka bahkan berkata "siap untuk membantu dan mepersiapkan segala seuatunya kebutuhan para pengungsi itu, termasuk logistik atau makanan bagi mereka. Dari inspirasi masyarakat Aceh itulah, Akhirnya banyak sekali Lembaga-lembaga kemanusiaan lain yang membantu. ACT sudah menyiapkan food truck sekaligus kokinya. 

Dok. pribadi
Dok. pribadi
UNHCR juga sudah ada IOM pun demikian. Lembaga-lembaga kemanusiaan lain seperti PKPU,MDMC, DT dan masihi banyak lagi, juga masyarakat sekitar bersinergi membantu. Tak ketinggalan para volunteers dari mahasiswa di Aceh bersatu padu membantu meringankan beban mereka. Ada yang bermain dengan anak-anak rohingya, ada yang membawa makanan dan ada saja yang mereka bawa. Inilah Indonesia kawan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Konsorsium Gerakan Islam Cinta (GIC) dan Gusdurian Peduli dan Yayasan Sukma Bangsa Lhokseumawe tak ketinggalan untuk ikut bergerak juga. Kebutuhan mendasar adalah air bersih, dan kelengkapan kami siapkan. Juga dengan pipa-pipa untuk saluran pembuangan siap dipasang. Itulah hal konkret yang bisa dilakukan. Para lembaga kemanusiaan yang ada pun bersinergi menyiapkan segala sesuatunya. Sinergi ini sangat penting dalam mengelola manajemen pengungsi atau musibah lainnya. Hal ini agar tidak terjadi tumpang tindih bantuan yang akan diberikan. Sekali lagi dalam hal kemanusiaan dan membantu kita juara kawan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dan ini, Konsorsium Gerakan Islam Cinta (GIC) dan Gusdurian Peduli dan Yayasan Sukma Bangsa Lhokseumawe juga memberikan bantuan paket sembako kepada masyarakat sekitar pengungsi Rohingya.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Selain membantu kebutuhan air dan kelengkapan juga pipa saluran pembuangan serta paket sembako, sekolah sukma bangsa mempunyai ide dalam hal psikososial untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak refugee Rohingya.

Indonesia bisa aku katakan sebagai bangsa peringkat pertama dalam hal membantu kemanusiaan. Ini bisa kita lihat dari berbagai macam kejadian yang ada di Indonesia. Masyarakat kita begitu mudah untuk berbagi dan membantu meringankan beban mereka yang terkena musibah. Bisa saya katakana lagi bahwa bangsa Indonesia sangat menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaa. Tapi di bidang Politik, oh Tuhan jauh sekali dari kata kemanusiaan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Hari itu, Jumat 10 Juli 2020 para refugee dipindahkan ke kantor BLK. Mobil-mobil bis yang membawa mereka tiba di halaman gedung BLK, tempat baru bagi para refugee Rohingya. Masyarakat menyemut. Aparat pemerintah siaga dan para wartawan mengelilingi lapangan itu.

Hari itu jam 15.40 akan ada serah terima para refugee ini dari eks kantor imigrasi ke BLK yang diwakili oleh ketua Imigrasi Lhokseemawe dan Walikota Lhokseumawe. Para refugee itu dibariskan dalam cuaca yang panas. Acara serah terima selesai dan kini para refugee itu mendiami tempat yang baru.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Kenapa Pengungsi Rohingya di Aceh terus berulang? Seperti siklus tahunan. Dan yang paling besar terjadi pada tahun 2015. Pada tahun 2020 ini, kembali datang pengungsi Rohingya ini. Kenapa pengungsi Rohingya rela terombang ambing ditengah lautan selama berbulan-bulan dengan resiko antara mati di negaranya atau mati dilaut. Dan jika beruntung bisa terdampar di negara lain. Itu karena mereka mencari tempat yang aman untuk menjalani kehidupannya.

Konflik Rohingya ini bukanlah murni konflik agama sebagaimana informasi yang banyak beredar saat ini. Tapi ada konflik politik dan juga ekonomi yang menyebabkan etnis Rohingya ini tidak diakui sebagai warga negara dan selalu mengalami penindasan. Sehingga mereka keluar dari Myanmar melalui jalur laut tanpa tujuan yang jelas. Dan point yang sangat menarik adalah statemen Dalai Lama adalah Saya menyerukan kepada umat Buddha di Myanmar dan SriLanka untukmembayangkan wajah Buddha sebelum mereka berbuat kejahatan. Buddha mengajarkan cinta dan kasih sayang.Jika Buddha ada disana, dia akan melindungi muslim dari serangan umat Buddha,dari pengungsi Rohingya.

Pada tahun ini berjumlah 99 orang terdiri 15 orang laki-laki 30 orang anak-anak (tanpa orang tua) dan 54 orang perempuan.

Angka tersebut bukan statistik semata, melainkan menyangkut nyawa dan kehidupan manusia. Masalah pengungsi Rohingya ini sejatinya masalah kita bersama.

Kita tak bisa diam saja melihat masalah ini. Kita harus tolong menolong untuk membantu para pengungsi Rohingya ini, yang sudah dilakukan masyarakat Aceh yang memegang teguh adat Peumulia Jamee Adat Geutanyoe" (memuliakan tamu adalah adat kami). Budaya ini masih melekat kuat di masyarakat Aceh

Masyarakat Aceh yang mampu membelai lembut nurani kita sebagai manusia. Itu adalah puncak tertinggi dari kehidupan ini yaitu KEMANUSIAAN. Di dalam keabadiannya laksamana Malahayati tersenyum bangga bahwa di tangan masyarakat Aceh sudah mengalir jiwa-jiwa anak negeri untuk selalu berjuang atas nama kemanusiaan.

aymara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun