Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Krakatau, Misteri dan Keindahan Gunung Purba

27 Desember 2018   14:43 Diperbarui: 27 Desember 2018   14:52 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Seluruh dunia terguncang hebat, dan guntur menggelegar, diikuti hujan lebat dan badai, tetapi air hujan itu bukannya mematikan ledakan api 'Gunung Kapi' melainkan semakin mengobarkannya, suaranya mengerikan, akhirnya 'Gunung Kapi' dengan suara dahsyat meledak berkeping-keping dan tenggelam ke bagian terdalam dari bumi"

Itulah sepenggal isi Kitab ditulis pujangga Jawa, Ronggowarsito. Salinan kitab itu masih tersimpan rapi di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Kitab itu diterbitkan tahun 1869, 14 tahun sebelum letusan Krakatau (Inggris: Krakatoa volcanoes) pada 27 Agustus 1883.

Dokpri
Dokpri
Kini, gunung Anak Krakatau ini erupsi kembali, dan badan gunung anak krakatau ini runtuh, dan dasar lautnya pun longsor. Itulah yang kemudian para ahli menyebutkan bahwa hal itulah yang menyebabkan tsunami selat sunda, yang begitu dahsyat. Tidak ada peringatan tidak ada tanda-tanda, air langsung menghantam apa saja. 

Korban bergelimpangan, sampai dengan sekarang sudah menembus korban meninggal  lebih dari 300an dan korban luka-luka hingga ribuan jiwa dan yang mengungsi  juga sudah mencapai ribuan jiwa juga. begtulah jika alam sedang mencari keseimbangannya. Seperti hidup kita yang juga perlu keseimbangan. Pun demikian jika kita kaitkan dengan ibadah. Bahwa ibadah ritual sejatinya juga seimbang dengan ibadah sosial.

Ya, Gunung krakatau memang masih menyimpan misteri, setelah induknya menghancurkan 2/3 gunung itu, kini muncul anaknya, anak gunung krakatau yang terus hidup sepertinya karena semakin hari semakin tinggi , aku ingin melihatnya lebih dekat, aku inign menikmati letusannya dan jelas ingin juga snorkeling di lautnya nan jernih

Dokpri
Dokpri
Aku bersama-sama tim Narkopian mencoba ingin melihat ledakan vulkanik itu, walaupun dalam skala kecil. Kami buat rencana dan siap untuk mengexplorenya. Ya Krakakatau yang mampu membuat dunia menjadi gulita selama beberapa hari, Krakatau yang mampu merubah iklim dunia, kini aku akan menjumpainya kawan dan hari H telah di sepakati, kami akan mengunjunginya kesana, bersama Tim Narkopian. 

Dan taaaaraaaa, akhirnya tiba juga waktu itu, kami berkumpul di Kp Rambutan tepat pukul 19.00, P(f) Faisal, Nina, Mbak Ade, dan Wawan "Bimbim" Tuber. Ada beberapa kawan kami yang lain berangkatnya dari terminal Pulogadung, Tj Priok dan juga ada yang dari Cilegon, namun kami menyebutnya (Cilondon, hahahaha) dan nanti kami akan bertemu di Pelabuhan Merak. Jadi meeting pointnya ada di beberapa titik.

Dokpri
Dokpri
Mobil Primajasa bergerak perlahan meninggalkan Kp Rambutan menuju Merak. Pelabuhan penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Rencananya Jalur ini nanti akan di buat jembatan seperti SURAMADU. 

Waw, Jika terealisasi kita sebagai bangsa, jelas akan mempunyai kebanggaan tersendiri, apalagi jika dilakukan oleh anak bangsa sendiri juga. Dan yang pasti, semoga tidak ada antrian-antrian truk lagi yang sampai belasan kilometer, ketika ombak atau cuaca tidak mendukung. Dan jelas ini akan melancarkan distribusi semuanya, dari hasil kebun, sembako dll.

Jalan sempat terhenti di tol karena sedang dalam perbaikan. Mungkin ini dikerjakan untuk mengantisipasi ledakan pemudik. Namun ada pertanyaannya yang menggelitik hati ini, kenapa ya, selalu saja setiap mau Lebaran hamper semua jalan di perbaiki, pantura juga demikian, dan jalain lagi juga begitu. 

Seteleh itu di biarkan terbengkalai, apakah ini hanya permainan proyek saja. -forget it- Kembali mobil berjalan tersendat. Aku bersama teman-teman sudah merasa bahwa rombongan kami adalah rombongan terakhir yang tiba di Merak. Kami tiba tepat pukul 00.00 di Pelabuhan Merak. 

Ternyata fikiran yang sempat ada tadi di kepala saya tidak benar kawan, rupanya masih ada beberapa kawan lain lagi yang masih dalam perjalanan. Tepat pukul 01.00 dini hari kita menuju kapal very dan berangkat menuju pelabuah Bakauheuni. Ini dia perjalanan yang melelahkan. Sekira 5 jam di atas very, dengan terombang ambing ombak lautan dan kencangnya angin itu kita tiba juga. Oh ya belum lagi kapal kita mau sandar di Dermaga Bakauheuni harus antri dulu, karena ada beberapa kapal very yang sedang parkir. Dan very yang kami tumpangi harus menunggu gilirannya.

Kami tibadi Pelabuhan Bakau sekira jam 06.00 pagi, udara masih segar, namun mata masih kantuk kawan, karena di very itu saya tidak bisa tidur, walaupun banyak sekali orang-orang yang tertidur pulas di emperan kapal itu, berselimutkan sarung, membuka SB dan beralaskan tikar atau koran saja.. dari dermaga Bakauheuni kami mencarter mobil, 3 buah angkot telah menunggu kami untuk membawa kami dermaga canti, ya sebuah dermaga kecil yang hanya untuk menampung kapal-kapal motor saja. Untuk melanjutkan ke sebuah pulau yang sangat dekat dengan gunung anak krakatau. Sebesi Island i'm coming.

Dokpri
Dokpri
Tahukan kawan, bahwa di Pulau Sebesi ini terdapat sebuah danau yang indah, dan juga ada penemuan-penemuan perhiasan emas yang pernah di temukan oleh masyarakat sekitar, itu aku dapatkan informasi itu dari penjaga warung di dekat kami menginap di Pulau Sebesi itu. oh ya kawan kuberitahu satu hal lagi, jika kawan mampir ke Pulau Sebesi, di dekat penginapan itu, di pojok kanan dan di bawah pohon mangga ada sebuah warung kecil, cicipilah serta rasakan sensasi nikmatnya Pisang Goreng dan Bakwannya, maknyuuusssss..

Sebelum terjadinya letusana Gunung Krakatau sepertinya Pulau Jawa dan Pulau Sumatra terhubung, ini bisa jadi, karena menurut penduduk sekitar juga, bahwa mereka pernah menemui lorong dan jalan kereta disana, belum lagi perhiasan dan benda purbakala yang sudah di temukan oleh penduduk setempat. Atau mungkin aku berspekulasi bahwa Bangsa Atlantis adalah memang benar adanya terletaknya persis di sekitar Gunung Krakatu tersebut. Ini di kuatkan oleh Profesor Santos dari Brazilia mengakui bahwa Bangsa Atlantis ada di negeri tercinta ini.

Pulau Sebesi ini juga merupakan pulau penghasil kelapa, pisang dan coklat. Pulau ini dihuni oleh sekira 2,400 warga yang tersebar dalam beberapa dusun namun masih dalam wilayah satu desa, yaitu desa Tejang Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Hanya ada masing-masing 1 SD, SMP dan SMA.

Kami menikmati alam ini kawan, bergembira, bersnorkling ria dan bahkan kami mendaki gunung anak krakatau yang sedang aktif, namun kami hanya diperbolehkan hingga patok 4, dari 9 patok yang ada. Memang pada saat kami mendaki anak gunung krakatau sedang memancarkan abunya yang sedemikian dahsyat. Kecantikan dibalik keindahan itulah yang tergambar dari anak Gunung Krakatau. Bagaimana tidak, antara lautan dan gunung bersatu menciptakan harmoni alam yang luar biasa, pijarannya ketika malam hari bagikan nyala lampu yang di atur berjejer.

Kebersamaan ini begitu erat, seerta jabatan tangan, saling menguatkan satu sama lain, semua bersatu karena mempunyai rasa yang sama, inign menikmati indahnya alam nusantara ini.

Dokpri
Dokpri
Thanks kawan. aku selalu berucap, Tahukah kawan, "Petualangan akan menempa jiwa kita, bagaikan tempaan baja yang keras, sehingga membuat kita semakin kuat dalam mengarungi lautan kehidupan ini", Dan tahukan kawan "Jika Kau Mengerti Alam adalah Karunia yang bisa membuat kita selalu bersama dalam kedamaian",

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun