Anginnya begitu kencang, berkekuatan tinggi dan bisa membawa kami ambrol ke dalam jurang nan dalam. Kang Tege berteriak memanggil Bang Togi dan ucok Fandi yang dengan santainya masih berjalan. Aku bersembunyi di balik batu yang sepertinya itu adalah perlindungan terakhir untuk menghadang laju badai itu, bang Togi bercerita dan mengingatkan akan film The Way Back, kami semua bersembunyi di balik batu, menunggu badai reda kawan, pengalaman yang luar biasa bagiku, badai datang secara tiba-tiba dengan membawa hawa dingin yang sangat. Aku menggigil, semua kawanku pun demikian.
Bang Togi akhirnya turun, safety first dia bilangnya, Wilda pun demikian, Febi dan Mira juga. Yang masih terus ingin muncak aku, Kang Tege, Tutu, Rian dan Zaki. Aku lawan badai itu. Karena aku yakin pendakian dan penantianku akan sangat tinggal sedikit lagi, aku yakin itu, aku bulatkan tekad, aku motivasi diriku sendiri, bahawa aku akan mampu mengalahakan rasa itu.Â
Tutu berjalan di depan sendirian kawan, wanita ini sungguh luar biasa, aku teringat kembali ketika kami mendaki Gunung Sumbing, Â https://www.kompasiana.com/4ym4r4/5a2a13ea677ffb420d679792/pendakian-gunung-sumbing-sebuah-catatan-perjalanan?page=all Tutu adalah bidadari satu-satunya dalam tim kami dan mempunyai semangat yang luar biasa. Aku di belakang Tutu beberapa meter. nakun tidak terlihat karena kabut itu menutupi pandanganku.Â
Sementara Kang Tege, Rian dan Zaki di belakangku. Bayangkan kawan, jalur yang kami lalui, adalah jalan setapak yang langsung berhadapan dengan kanan kiri jurang, dan itu membuat badai atau angin menjadi super kencang karena tidak ada penghalangnya. Sementara pandangan kami selalu tertutupi kabut tebal. Perjuangan yang luar biasa.Â
Tekad itu muncul kembali dan aku mendapatkan suntikan semangat lagi dari seseorang pendaki yang bertemu di bawah tadi, yang memberi semangad kepadaku, meneriakkan kata-kata, "kang Ay..sebentar lagi sampai Puncak Anjaniiiiii" berkali-kali dia teriak begitu, tekadku kembali membara, asa ku tumbuh dan aku kerahkan semua sisa tenaga yang ada. Satu langkah. Terus berjalan. Langkah buta aku terjang saja.Â
Sekira 6 jam waktu yang aku butuhkan dari plawangan untuk menggapai puncak, Anjani, akhirnya aku tiba di Puncak anjani sekira jam 08.00 atau jam 09.00 pagi. Karena sedari dari, matahari tidak menampakkan cahayanya, tidak memberikan sinarnya yang ada hanya kabutmu. Kabut dan kabut.