Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menggapai Mahkota Dewi Anjani (II); Dwilogi Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Rinjani

7 November 2018   13:09 Diperbarui: 7 November 2018   18:14 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi ini memaksa paru-paruku harus bekerja extra keras untuk mendapatkan oksigen. nafasku sekarang layaknya kereta tua yang di paksakan berjalan. Namun dengan tekad yang kuat serta motivasi untuk menggapai puncak rinjani mengalahkan itu semua. Pos 2 ku lalui, sukses. Kami beristirahat sejenak di pos ini, di sebuah jembatan yang memang sangat pas untuk dijadikan tempat istirahat, ku teguk airku, ku nikmati setiap tetesannya, dahagaku hilang seketika. 

Hujan semakin deras selepas pos 2 ini. Porterku bilang "lebih baik kita buka tenda sebelum kita sampai di pos 3, namun aku tanya kepada porterku apakah pos 3 masih jauh, mereka bilang bahwa pos 3 sudah sebentar lagi. Okeeey, aku tunggu Kang Tege untuk mengambil keputusan bersama. Tampak headlamp terlihat di kejauhan bagaikan kunang-kunang. 

Tak lama Kang Tege dan kawan-kawan tiba dan setelah kami berembuk akhirnya kami putuskan untuk tetap meneruskan perjalanan menuju pos 3. hujan semakin deras membasahi kami. Jelas udara gunung menambah dingin suasana. Dinginmu menjalariku kulitku, menyentuh lembut kedalam tulangku, namun aku abaikan.

img-7420-jpg-5be2a587aeebe105c71bc682.jpg
img-7420-jpg-5be2a587aeebe105c71bc682.jpg
Kami terus berjalan. Headlamp-headlamp itulah yang menerangi kami dalam perjalanan ini. Jalur setapak itupun aku lalui dengan mulus kawan. Jam 22.00 kami tiba di pos 3. Porter kami sudah tiba lebih dulu mempersiapkan segala sesuatunya. Tenda di pasang, dan kami sempat menghangatkan tubuh yang memang sudah ada api unggun di pos itu. 

Pakaian kami basah semua. Porter itu begitu gesit memasang tendanya, 5 buah tenda siap. Lantas porter itu masak, yup, masakan yang luar biasa bagi kami yang memang sudah sangat lapar dan membutuhkan asupan karbohidrat. Masakan telah siap, mari kita bersantap. Beres, tandas dan ludes...langsung kami...zzzzzttt..tidoooooooooooor.

dokpri
dokpri
Keeskon paginya kami bangun, segar dan waw. Tebing-tebing itu begitu gagah ketika kami lihat. Pemandangannya masih sama, masih di dominasi oleh sabana yang luas. Kami bergegas packing untuk menuju plawangan sembalun, ya sebuah pos dimana kita akan melihat keelokan sebuah danau di tengah gunung dan gunpalan awan yang ada di bawah kita. Packing selesai segera kami mulai berjalan lagi.

img-7435-jpg-5be29375aeebe1572664da82.jpg
img-7435-jpg-5be29375aeebe1572664da82.jpg
Seperti biasa sebelum melakukan perjalan ini tak lupa selalu kami berdoa untuk keselamatan kami. Dengan semangat membara kami berjalan dan berjalan. Beriringan. 

Medan yang kami lalui sekarang semakin berat setelah melintasi Pos 3. di awali dengan sejumlah pohon pinus yang tidak terlalu lebat, kami akan memasuki sebuah medan yang sering kita dengar jika kita mendaki gunung rinjani, ya, inilah yang di sebut sebagai bukit penyesalan, bukit penderitaan dan bukit penyiksaan, sekarang baru aku rasakan kawan rasa itu. 

img-7450-jpg-5be2934443322f5c11562ef4.jpg
img-7450-jpg-5be2934443322f5c11562ef4.jpg
Ya di medan ini kita harus melalui 3 buah bukit dengan medan dengan kemiringannya sangat ekstrim.Di rute ini juga terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan "Bukit Penyesalan". 

dokpri
dokpri
Banyak sudah pendaki yang merasa menyesal karena beratnya medan yang harus dilalui. Tanjakan -tanjakan yang menghadang sangat menguras energi dan emosi serta membuat pendaki kerap tertipu dan frustasi. Serta teriknya mentari membuat kita semakin lelah. 

Namun kawan kuberi tahu satu hal, dengan tekad yang kuat semua aral itu akan sirna dengan semangat yang menggelora, aku begitu menikmatinya dan aku lihat kawan-kawanku juga demikian, kami terus berjalan dan hanya hati kami yang berbicara, entah berdoa, entah menyesal atau mungkin menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun