Belanjaan sudah siap, Tutu, Wilda, Meira, Febi, Rian ikut nimbrung untuk membeli bahan-bahan disana, begitu solid dan kompak kebersamaan ini, a a ayyyyyeee. Semua siap, belanjaan beres lalu kita lanjutkan perjalanan menuju rumah makan, Soto adalah menu paling pas untuk sarapan pagi ini.Â
Kita semua memesan soto, tempe kerupuk adalah menu kita dan bim salabim begitu nikmat sarapan itu, tempe tiga potong masuk ke perut bang togi, dua potong ke masuk ke perut ucok dan selebih nya satu-satu masuk ke perut kami masing-masing.
Aku begitu menikmati suasana baru ini, kota baru, jalan baru dan pastinya pengalaman baru. Kami melapir di Pos Pendaftaran terlebih dahulu, dengan biaya adminitrasi 10.000,-. Administrasi beres dan kami siap mendaki, namun sebelumnya kami sudahprepare tentang porter, karena memang jasa porter sangat di butuhkan dalam pendakian ini, porter ini akan membantu kami membawa barang-barang bawaan tim dan juga mempersiapkan tenda. Porter kami ada tiga orang yaitu, Pak Rika, Maul dan Dani.
Kami beriringan laksana semut memberikan upeti kepada rajanya, tas, cariel dan ransel besar-besar menemani kami, dan juga kotoran sapi berserak di setiap jalan yang kami lalui, baru beberapa langkah dari gerbang sembalun, langsung aku di berikan pemandangan yang eksotis, kebun-kebun daun bawang milik penduduk kemudian sabana yang luas dan di depannya berdiri kokoh gunung rinjani, gunung yang memang merupakan impian kami. Waw, aku hanya bergumam, waw.Â
Ucok persis di depanku, kang tege dan locker di belakang ku, mboiy nyotz, bang togi, wilda, rian, zaki, meira, febi dan tutu di depan. Jalur masih landai dan padang sabana itu kini aku rasakan sendiri, aku melangkah pasti dan tanjakan awal ini membuat tubuhku beradaptasi dengan cepat, nafasku mulai terengah menanjakinya, kakiku sedikit berat, karaena ini adalah pengalaman pertamaku naik gunung menggunakan sepatu, adaptasi yang lama.Â
Tanjakan pertama aku lalui dengan gemilang, sukses dan kembali aku atur nafasku. Kotoran sapi masih ada dimana-mana. Ya sabana itu masih luas kawan, tak lama kami memasuki bibir hutan, rimbun, gelap dan lembab....(to be bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H