Gunung Merbabu memiliki ketinggian 3.142 mdpl dan bersebelahan dengan Gunung Merapi. Â Sehingga dua gunung ini sering sekali dijadikan paket pendakian bagi mereka yang jauh-jauh asalnya dan kuat secara fisiknya. Ada lagi ungkapan ketika kita ingin naik gunung ini, triple M, Merapi, Merbabu dan Malioboro.hehehe
Gunung Merbabu ini  memiliki 5 buah kawah, Kawah Condrodimuko, Kombang, Kendang, Rebab, dan Sambernyowo. Disamping 5 kawah tadi, gunung Merbabu juga mempunyai tiga buah puncak, yaitu Puncak Trianggulasi, Puncak Syarif dan yang paling tinggi adalah Puncak Kentengsongo [3.142 mdpl]. Aku teringat pendakian ke Gunung  Merbabu ini sekira 18 tahun lalu, ketika itu belum ada informasi yang mudah buat kita semua untuk mendaki. Â
Patokan saya pada saat itu, saya naik kereta ke Semarang lalu naik bis menuju Magelang dan entah kami tiba di kaki gunung ini. Dan pasti selalu ada cerita, pendakian saya pada saat itu, begitu dahsyat karena saya tersesat, dan untungnya saya tiba di sebuah perkampungan, dengan ternak sapi yang banyak. Jadi flash back nih.
Gunung Merbabu sendiri termasuk dalam Gunung yang memiliki lumayan banyak jalur Pendakian, ada sekitar 6 jalur pendakian, Jalur Pendakian Selo, Jalur Pendakian Wekas, Jalur pendakian Kopeng, Cunthel, Thekelan, dan Jalur pendakian yang baru di buka kembali awal tahun lalu yaitu Suwanting.
Nah, saya  (aymara) beserta  empat  orang teman sebut saja mawar, eh sebut saja Indro, Kang Sobar, Faisal, Paman Togi  semuanya ini adalah tim Narkopian akan melakukan pendakian ke Gunung Merbabu. Lewat jalur Suwanting  Kabupaten Magelang.
Beda sekali ketika kali pertama saya nanjak gunung ini sekira 18 tahun lalu. Untuk itu,Tim fotografer dan vidiografer narkopian sudah siap dengan perabotan lenongnya dan taraaaaaaaaaa, dia hanya terdiam membisu, kadang malah bersandar pada batang pohon.Â
Padahal, sandaran yang paling top adalah bersandar pada tiang agama, bukan pada bahu seseorang apalagi bahu jalan, eaaaa, ternyata ekspektasi tidak sesuai dengan realita masih berlaku kawan. Hal ini di sebabkan oleh medan yang kami lalui tiada bonusnya, nanjak, nanjak dan nanjak.
Awal Pendakian
Seperti biasa tiket kereta sudah kami pesan jauh-jauh hari untuk menuju Solo. Dan nanti di Solo kami akan dijemput oleh orang basecamp Suwanting. Perlu dicatatatkoordinasi antar tim harus, dengan pihak basecamp juga wajib kawan. Â
Setiba kami di Solo Jebres, seperti biasa, warung kopi adalah tempat awal yang kami tuju sekadar melepas penat dan menunggu jemputan kami yang akan membawa kami menuju desa Suwanting.Â
Sinar jingganya  masih tersisa dijiwa. Gumpalan awannya masih terpatri jelas di memori otakku. Kami sempatkan untuk sarapan sejenak di pasar ini sembari mencari bahan masakan untuk kami olah di puncak gunung nanti. Perjalanan dari Stasiun Jebres Solo menuju basecamp Suwanting membutuhkan waktu kira-kira 2 sd 3 jam.
Dan kami semua sepakat hingga di pos 3 saja. Pos terakhir kami, hingga kami olah makanan yang yang kami beli di pasar cepogo kemaren. Â Ada yang menarik mengenau jalur ini, Indro menyebutnya sebagai jalur WADUH, kenapa?Â
Karena indro beranggapan bahwa. setiap belokan, kami semiua nengok, dan berucap, WADUH, kapalagi paman Togi, kang sob dan Pais. Mana ada jalan datar yang kami lihat, selalu tanjakan, tanjakan & tanjakan, bahkan ada saru mean di mana, tanjakannya begitu  curam, dengan media tanah merah dan habis hujan pulak, silahkan kawan bayangkan sendiri.Â
Seperti Sujiwo Tejo bilang bahwa  Manusia harus saling mengingatkan pada kebaikan, karena awan, gunung dan hujan hanya mengingatkan kita pada mantan. Eaaaa....hahaha.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H