[caption id="attachment_266946" align="aligncenter" width="640" caption="Apika Senior dalam kesendiriannya"]
Oh ya, ku beri tahu satu hal kawan, bahwa pada malan itu Gunung Prau adalah milik kami, ya karena hanya kami yang ada disana. “Apika senior” (tenda), kenapa aku bilang demikian karena “apika junior” masih di dd Iis. Aku dan Mas Pii. Di puncak itu lagi-lagi kami berseloroh, “Apa engga kaya, kita” “rumah kita punya, bahkan sangat luas halamannya, bahkan pintunya pun bisa kita arahkan persis ke depan Gunung Sindoro dan Sumbing”, “atap kita bermilyar gemintang yang kadang-kadang ia memainkan cahayanya”, Kadang ada bintang yang jatuh, dan langsung aku berteriak “Aku ingin hidup pas-pasan” eits jangan salah tafsir dulu, pas-pasan ini makna hakiki kawan. Pas aku mau hiking pas aku ada waktu, tenaga dan tiket. Pas aku mau traveling, pas aku dapet tiket promo dan ada uang. Pas aku mau beli rumah pas aku dapat undian rumah gratis..hahahaha. intermezzo kawan. Jangan terlalu serius ah.
Segera kami mendirikan tenda dalam keheningan gunung Prau ini, beres, memasak dan ritual narkopian pastinya tak ketinggalan, lalu lanjut ngobrol ngalor ngidul, oh iya di sini juga, akhirnya aku merasakan kentang merah, kentang ajaib itu, ya kenapa kentang ini ajaib? Karena walaupun bibit yang kita tanam itu adalah kentang merah, namun tetap saja jika panen, tidak melulu itu kan menghasilkan kentang merah, ya tetap saja yang dominan kentang kuning, ia hanya berbuah sekira 1-5 pohonnya saja, ajaibkan kawan.
Ketika hembusannya sudah mulai menjalari kulit kami, dan rasa dingin mulai menyerang, aku masuk tenda dan zzzzzzzttttt. Nyenyak sekali aku tidur, pagi jam 05.00 aku terbangun dan menikmati rasa dingin ini, melihat moment pagi di puncak prau sendirian, mas Pii masih tertidur dengan nyenyaknya. Aku coba melihat lembayung itu, sinar jingganya masih belum terlihat, gelap suasana pagi itu membuat aku harap-harap cemas, apakah aku akan mendapatkan moment matahari terbit, matahari yang memberikan kehangatan dan pencerahan kepada semua makhluk hidup di dunia ini.
[caption id="attachment_266953" align="aligncenter" width="640" caption="apika, sunrise dan aku"]
Perlahan namun pasti, sinar jingga itu keluar, sedikit samar dan temaram, namun itu adalah tanda bahwa moment dimana matahari akan keluar sempurna akan jelas terlihat. Aku perhatikan terus kawan, moment itu negitu indah, matahari telah bangun dari peraduannya kini.
[caption id="attachment_266951" align="aligncenter" width="640" caption="Sunrise 1"]
Sinar jingga, bahkan kemerahan memantulkan cahayanya berbaur dengan suasana pagi itu dan dengan awan yang putih, ia menghasilkan sebuah corak yang luar biasa, abstrak namun jelas dan indah. Semua moment itu aku abadikan dalam senjata pamungkasku dan dalam memori otakku.
[caption id="attachment_266950" align="aligncenter" width="560" caption="Mata Dewa memancakan sinarnya"]
[caption id="attachment_266955" align="aligncenter" width="640" caption="sun rise 3"]
Aku menikmati itu semua kawan. Moment itu begitu syahdu,indah dan damai. hati kecil ini berguman betapa kuasa tuhan itu luas biasa, menciptakan lukisan dengan indahnya, namun jika alam itu murka, gunung itu meletus, tanah itu longsor, keindahan itu tak terlihat yang ada adalah kejam dan bengisnya alam ini. tapi alam murka itu bukan kehendaknya, namun harus di ingat ia murka karena tangan jahil kita juga, badut-badut serakah juga yang membabat habis hutan kita, tanah sebagai resapan air beruabah menjadi villa dsb.
Setelah puas menikmati alamnya dan puas juga mengeluarkan uneg-uneg di dada, aku segera packing untuk turun melalui Jalur Dieng, tepatnya nanti aku akan turun di gerbang SLTP 2 Kejajar. Kembali ke alam nyata, kembali menghadapi rutinitas dengan kebisingan kota dan hiruk pikuk poltik yang semakin absurd dan tidak jelas. Untuk menghilangkan itu semua aku berdendang lagu Bang Iwan
Dari gunung ke gunung
Menembus lembah kabut dan jurang
Melewati hutan pinus
Melewati jalan setapak
Mendengar gesekan daun dan burung-burung
Menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari
[caption id="attachment_266957" align="aligncenter" width="648" caption="eaaaaaaa. loncatan yang sakti"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H