Mohon tunggu...
Arebyne.wordpress.com .wordpress.com
Arebyne.wordpress.com .wordpress.com Mohon Tunggu... profesional -

Belajar nulis, berekspresi, dan ingin berbagi melalui tulisan. walaupun tidak setiap hari menulis, namun semangat tak pernah patah... Blog : arebyne.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Monster Bernama KHITAN

28 Januari 2016   15:48 Diperbarui: 28 Januari 2016   16:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Terbukti aman dan tidak bermasalah pada ribuan pasien dari usia bayi, anak, remaja, dan dewasa. Semua kekhawatiran dan isu negatif akan metode ini tidak pernah terbukti di lembaga kami. Proses khitan lebih cepat, perawatan lebih mudah dan nyaman serta penyembuhan relatif cepat” menurut narasumber di sana. (ada yang tertarik…? Atau mau dua kali…? Hehehe…)

 Untuk metode cauter :


Pusat Khitan Sumbawa
Pengantar boleh masuk ruangan operasi
Pengantar boleh mendokumentasikan operasi
Konsultasi dan Kontrol tiga hari pasca khitan gratis.
Pasien gemuk/obesitas harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
Pasien dewasa harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter
2.  Metode Konvensional : Metode standard yang umum digunakan di klinik-klinik khitan dan rumah sakit.

“Jika anda merasa nyaman dan tenang dengan metode ini, kami siap melayani anda dengan operator kami yang berpengalaman” masih menurut nara sumber yang sama.

Untuk metode konvensional :

Pengantar tidak boleh masuk ruangan operasi.
Pengantar tidak boleh mendokumentasikan operasi
Kontrol tiga hari pasca khitan gratis berupa konsultasi dan control
Pasien gemuk/obesitas tidak diterima
Pasien dewasa harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter
Ruangan Full AC. TV-Video (berguna mengalihkan perhatian pasien) dan kedap suara. Ruang Operasi berada di lantai dua, loket pendaftaran dan pembayaran di lantai satu. Ditambah ada sebuah masjid besar dalam kompleks pusat Khitan tersebut

Pasien diharuskan mendaftar terlebih dahulu paling lambat sehari sebelum khitan untuk mendapatkan jadwal. Sesuai pendaftaran Khitan/Sunat di Pusat Khitan Sumbawa, Conan dan Byan mendapat giliran masuk ruang operasi  pada pukul 18.30 WIB (Waktu Indonesia Bandung…hehehe…).

Sehari sebelum pelaksanaan khitan kakak perempuanku mengabarkan niat Conan untuk khitan kepada kedua Orang Tua kami, aku, istriku, dan anakku yang kebetulan kami pada saat itu sedang berlibur ke Bandung di rumah adikku, beliau mengharapkan kami untuk datang mendampingi anaknya saat khitan karena khawatir ada perubahan niat sehingga butuh bujukan dan dukungan moril dari kami baik kalimat nasehat ataupun tenaga bila Conan berontak saat pelaksanaan khitan, sekaligus sebagai pelipur lara menggantikan sosok papinya sebagai satu-satunya orang yang paling ia patuhi dan paling ia dengarkan nasehatnya, yang pada saat itu sedang berada di Semarang menjalankan tugas dari kantor tempat ia bekerja.

            Kekhawatiran kakak perempuanku ternyata sangat beralasan, benar saja, saat giliran Conan tiba dan iapun masuk ruangan dengan tenang, tapi…saat celananya ingin dilepas ia berteriak, menangis, dan menolak untuk disunat dengan alasan takut dan meminta supaya Byan sepupunyalah yang mendapat giliran pertama, padahal kakakku sudah menyusun skenario agar dialah yang mendapat giliran pertama agar tidak mendengar jeritan ataupun rintihan dari Byan sehingga bertambah keraguan dan bertambah ciut nyalinya, Kamipun berusaha membujuknya agar mau dikhitan duluan, tapi apa hendak dikata Conan menolak dengan gigih untuk dikhitan pada giliran pertama, dengan berpegangan erat pada kursi ia menolak untuk dibopong ke atas ranjang khitan, akhirnya Byanpun maju duluan.

            Saat Byan di dalam kamar khitan, sekali lagi kekhawatiran kakakku terbukti, Byan menjerit dan merintih kesakitan sehingga terdengar sayup-sayup sampai keluar ruangan, walaupun ruangan tersebut sudah dilapisi semacam lapisan kedap suara (katanya…) tapi kok suara jeritan dan rintihan Byan masih terdengar….??? (sayapun bingung???), akhirnya saya berinisiatif meminta petugas di ruang tunggu untuk menambah volume TV agar suara jeritan dan rintihan dari dalam ruangan tidak terdengar lagi dan berganti dengan suara TV, usahaku berhasil tapi suara jeritan dan rintihan Byan sudah sempat terdengar oleh Conan yang sedang duduk di sebelahku walaupun hanya sebentar, saya lihat Conan mencoba untuk acuh tak acuh terhadap suara yang ia dengar tadi dengan asyik bermain game dan video yang ada di telepon genggamnya.

            Byan keluar dari ruang khitan dengan memakai sarung pertanda telah terjadi sesuatu pada tubuh bagian bawah perutnya (“adik kecilnya” hehehe…), dia berjalan agak tertatih-tatih dengan senyum sambil menahan sakit. Dari cerita Kakak ipar perempuanku (Mami Byan), Byan menjerit saat disuntik untuk mengambil kulit yang harus dibuang saat khitan, kebetulan Byan agak gemuk (bukan obesitas) sehingga kelaminnya agak kecil membuat dokter kesulitan untuk mengambil “sela” yang akan dikhitan, maka ia disuntik sampai tiga kali agar kelaminnya agak membesar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun