Atas nama dendam masa lalu, Pengkor dan anak-anak asuhnya berencana merusak generasi dengan meracun janin ibu hamil di seluruh negeri.
Sadar punya tanggung jawab menegakkan keadilan, Sancaka dengan kemampuan bela diri dan kekuatan super yang muncul setiap kali disambar petir, berniat menghentikan rencana busuk Pengkor. Ia menjadi sosok pahlawan super: Gundala.
Dibandingkan film Gundala Putra Petir(1981), jelas film ini merupakan cerita baru. Di film lawas, Sancaka merupakan seorang insinyur yang menciptakan serum antipetir. Dalam percobaan, Sancaka berhasil menjadi kebal listrik dan petir.
Kelebihan film
Dengan slogan "Negeri ini Butuh Patriot", Gundala mencoba menyampaikan pesan kebajikan. Joko Anwar sukses memperkenalkan karakter-karakter yang ada di Gundaladengan baik.
Hal itu terlihat, ketika di awal film difokuskan kisah latar belakang Sancaka. Sementara karakter Pengkor, memiliki porsi cerita masa lalu yang singkat, tetapi kokoh untuk membangun sosok karakter penjahat.
Tokoh-tokoh lainnya memang tak punya porsi pengenalan yang lebih, tetapi tetap memiliki daya tarik tersendiri. Karakter Wulan dan orang tua Sancaka, misalnya, diperlihatkan sebagai sosok yang menjunjung tinggi keadilan dan mengutuk penindasan.
Selingan humor pun sesekali diwujudkan melalui Sancaka, Tedy adik Wulan, dan Pak Agung.
Ghazul (Ario Bayu), anak-anak Pengkor, beberapa karakter penjahat, dan pahlawan lain juga tak diberi tempat banyak untuk menyatu dengan cerita, mengingat Gundala merupakan pembuka Jagat Sinema BumiLangit, yang akan terdiri dari tujuh film.
Adegan pertarungan dikemas dengan ciamik oleh penata kamera Ical Tanjung. Ia menggunakan beberapa teknik pergerakan kamera. Misalnya, pergerakan kamera secara horizontal mengikuti objek. Teknik ini mampu menciptakan adegan tarung yang lebih seru dan atraktif.
Joko Anwar juga menyisipkan pesan menentang ketidakadilan melalui pemeran pembantu. Misalnya, ada adegan seorang anak kecil yang mencoba untuk menghentikan penjarahan, yang kemudian dibantu orang-orang dewasa.