Alangkah indahnya dunia ini, kalau semuanya bernilai positif dimata kita.
Semua hal akan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sesuai dengan ukuran ideal yang kita harapkan.
Banyaknya berita negatif, komentar negatif, kejadian negatif disekeliling kita, membuat diri kita dimasuki energi negatif yang tidak terasa semakin menurunkan kualitas hidup kita.
Selalu ada positif dan negatif dalam diri manusia, ini adalah keniscayaan. Kita ditakdirkan untuk memiliki kedua hal tersebut. Terkecuali yang Tuhan berikan kepada orang-orang pilihan.
Apa yang kita lihat, kita dengar, kita baca, kita rasakan, pasti bisa kita sikapi secara positif dan negatif.
Tinggal pilih mau positif atau negatif.
Jika kita sikapi secara negatif, berarti jauh dalam diri kita sudah menyuruh untuk menyikapi secara negatif.
Demikian juga sebaliknya, jika dalam diri kita menyuruh menyikapi secara positif.
Kita harus tegas untuk menentukan yang negatif adalah negatif, tidak boleh mengubah yang negatif menjadi positif.
misal "kebohongan" menurut kita adalah hal negatif maka jangan positifkan "kebohongan" dengan dalih untuk "kebaikan".
padahal membuat kebohongan dengan alasan untuk kebaikan adalah salah satu bentuk kebohongan juga.
Pada dasarnya sikap positif akan kembali ke diri kita, demikian juga sikap negatif.
Merespon hal negatif dengan cara positif akan menambah energi positif pada diri kita.
Apalagi merespon hal positif dengan sikap negatif, ini sama saja dengan mencampur susu dengan banyak garam.
ini bukan soal rasa senang atau tidak senang, enak atau tidak enak, karena perasaan tersebut bukan ukuran kebahagiaan. melainkan rasa yang biasa ditimbulkan oleh nafsu. tentu kita sudah mengerti kelakuan nafsu itu bagaimana. sulit dikontrol dan efek rasanya hanya sesaat.
apa yang kita lakukan adalah diri kita. apa yang kita pikirkan, apa yang kita tuliskan, apa yang kita katakan, itulah kita. meskipun kita sering berkilah, "orang tidak mengetahui saya yang sebenarnya".
"positif adalah anti kritis" adalah ungkapan yang salah karena kritis sendiri adalah sikap positif.
Seringkali orang yang biasa "mengkritisi" merasa berisikap "kritis" padahal realitanya adalah dia "menjelekkan/mengejek/mencemooh" dengan cara yang menurutnya "menyenangkan".
mengkritik orang lain dengan cara negatif sama saja menunjukkan bahwa diri kita dipenuhi energi negatif.
Kritis itu akan mengirimkan sinyal positif pada orang lain bukan sebaliknya.
Ada saat dimana kita harus mempositifkan realitas negatif.
Contohnya jika kita membaca berita "anak 10 tahun mencuri sabun di supermarket"
Pikiran negatif:
- negara sudah hancur, moral anak2 rusak
- orang tua tidak bisa mendidik anak, mungkin tidak pernah sekolah
- guru sudah tidak berguna, banyak anak kecil mencuri, kalau besar jadi koruptor
- dsb
Pikiran positif:
- semoga tidak terjadi pada keluarga dan orang terdekat saya
- saya harus mengajari anak2 sikap yang baik dan tidak boleh merugikan orang lain
- saya akan terus berdoa semoga dengan berita tersebut banyak yang dapat mengambil pelajaran sehingga tidak terjadi pada yang lain diwaktu yang akan datang
Tulisan ini tidak mengajak untuk merubah hal negatif menjadi positif, namun bagaimana reaksi kita saat mendapatkan input negatif agar menjadi energi positif.
Mari kita berusaha agar jumlah positif lebih besar daripada jumlah negatif pada diri kita, lalu lihat apa yang terjadi.
Jika realitas negatif sudah ngetrend, saatnya berubah...
Marilah memperkuat energi positif untuk hidup lebih baik. Agar bisa menikmati hidup di dunia untuk menggapai kebahagiaan akhirat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H