Dengan demikian, token sosial atau komunitas ini menyatu menjadi mekanisme insentif yang kuat untuk mengoordinasikan jaringan orang yang terdistribusi, untuk berkolaborasi dalam komunitas yang terhubung, dan membuat semua orang berpartisipasi dalam penciptaan nilai tambah. Dan dikombinasikan dengan NFT, mereka akan mendemokratisasi dan memadukan sistem modal dan kepemilikan yang berbeda menjadi satu: ekonomi (uang) + sosial (status, jaringan pengaruh) + budaya (artefak kreatif dan Internet Protokol).
Orang dapat berargumen bahwa konsep metaverse mewakili tahap evolusi serupa dalam kontinum offline-to-online (O2O), dengan koneksi yang semakin mulus antara kedua dunia, menambah materi dan fisik dengan pengalaman digital imersif baru. Kelompok konsumen saat ini ingin membeli pengalaman yang imersif daripada hanya membeli produk.
Ketika membeli barang, mereka berharap barang-barang memberikan akses ke komunitas dan berbagi pengalaman, bukan hanya kepemilikan fisik atau utilitas.Â
Alih-alih melihat metaverse sebagai dunia virtual utopis, terputus dari diri pengguna dan realitas fisik, janji sejatinya terletak pada perluasan digital tanpa batas dari presentasi diri, milik, komunitas, dan pengalaman seseorang.
Kesimpulan
Web 3.0 secara progresif mendemokratisasikan dan mengelompokkan gagasan inti tentang otoritas dan pemerintahan. Daripada terjebak dan harus mematuhi segelintir negara, organisasi, dan komunitas, kita akan dapat dengan lancar bergerak di antara jaringan terdistribusi negara dan komunitas yang mendukung Web 3.0. Kita memiliki dan mentransfer identitas penuh dan profil, dan dengan sengaja memilih (atau keluar) dengan norma nilai dan prinsip pertukaran masing-masing.
Web 3.0 membawa kita lebih dekat dari sebelumnya ke prinsip inti kedaulatan pribadi dan keadilan dasar universal dengan kepemilikan atas diri kita sendiri, data, kontribusi, dan kekayaan sebagai landasan.
Singkatnya, Web 3.0 adalah sebuah revolusi dan lebih dari evolusi berikutnya pada kontinum digitalisasi dan desentralisasi. Lebih penting lagi, daripada menghapus dan mengganti, kita melihat Web 3.0 sebagai pelengkap dan hidup berdampingan dengan Web 2.0, sama seperti Web 2.0 yang pernah ada di Web 1.0.
***Artikel ini sudah dimuat di Komparatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H