Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memulai Hidup Baru

21 Maret 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:35 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hu uh, sebel! Ya, udah pokoknya kamu rasain aja nanti!"

"Oke, deh!"

"Ya, udah. Aku masak dulu, ya!"

"Yang enak, ya sayang!"

Uuh! Gombal!

Setiap hari aku masak untuk Bayu. Pagi-pagi aku belanja di tukang sayur yang lewat di depan rumah. Setelah itu, aku pasti sibuk di dapur. Motong-motong daging, nyuci sayuran, ngiris bawang, menumis dan bahkan menggoreng kerupuk. Nggak sendirian, sih. Ada pembantu yang membantuku mengerjakannya.

Urusan membereskan rumah, mencuci naju dan menyetrika masih aku serahkan ke pembantu. Sebenarnya aku bisa mengerjakannya sendiri, tapi buat apa ada pembantu. Dia aku bayar untuk mengerjakan tugas-tugas seperti itu, kok.

Malam hari, aku menyiapkan malam malam untuk kami berdua. Kutata meja untuk kami berdua. Kuletakkan masakan yang tadi siang aku masak di sana. Kuletakkan piring, sendok, garpu dan juga gelas. Kuatur sedemikian rupa, supaya kelihatan bersih dan menggugah selera makan suamiku.

Tidak pernah aku makan malam duluan. Aku selalu menunggu Bayu, biarpun dia sering pulang larut malam. Dia juga tidak pernah malan malam di luar. Dia selalu makan malam di rumah. Kami berdua sadar, hanya waktu itulah kami bisa bersama. Bercerita tentang apa yang kami alami hari itu. Dan itu adalah penting!

Hampir setiap malam kami bercinta. Adegan percintaan yang menurutku sangat luar biasa yang membuatku merasa senang dan bahagia. Kami bisa melakukannya berkali-kali tanpa henti.Aku benar-benar menikmatinya.

Keindahan adegan percintaan kami tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata yang harus keluar dari bibir merahku ataupun gemuruh gerakan-gerakan yang tercipta. Pandangan dan sorot mata sudah bisa memastikan makna dan arti yang terkandung di dalamnya dengan penuh kebenaran dan kejujuran yang tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun