Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memulai Hidup Baru

21 Maret 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:35 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada satupun manusia yang tahu berapa dalamnya lautan.

Hanya pembuktian yang dapat menjelaskannya.

----

Hari yang paling kutunggu telah tiba. Sebuah hari bersejarah dalam hidup dan kehidupanku itu dimulai padaTanggal 24 Mei 2000, tepatnya pukul 10.15 pagi, Aku dan Bayu akhirnya menikah.  Ya, menikah secara resmi dengan janji pernikahan yang sah menurut negara dan agama. Pernikahan yang juga direstui oleh kedua orangtua kami dan punya banyak saksi. Aku adalah istri bayu dan Bayu adalah suamiku.

Acara pernikahannya pun cukup ramai walaupun tidak terlalu banyak orang yang datang. Aku memang sengaja tidak mengundang banyak orang. Hanya saudara, teman dan kerabat dekat saja. Kupikir buat apa aku buang uang banyak-banyak hanya untuk sebuah pesta perkawinan? Bukankah lebih baik uangnya kupakai untuk modal atau entahlah yang pasti lebih penting daripada hanya sekadar menyewa gedung dan makan-makan. Lagipula, buat apa, sih, ngasih makan orang-orang berduit itu? Kemungkinan untuk makan enak buat mereka, kan besar. Lebih baik uangnya dibeli untuk memberi orang miskin, deh. Dijamin doa restu yang mereka berikan akan lebih tulus dibandingkan dengan orang-orang itu.

[caption id="attachment_97409" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/IsparmoWeb"][/caption]

Aku tidak terlalu peduli apa Bayu, orangtuaku dan calon mertuaku setuju dengan ide pesta perkawinanku yang sederhana itu selama aku masih menghormati mereka dengan memperbolehkan mereka mengundang teman-teman dan kerabat dekat mereka. Kuyakin mereka juga mengerti alasannya. Kalau mereka tidak mengerti, berarti mereka sama saja dengan orang-orang itu yang menganggap sebuah pesta perkawinan adalah sebuah ajang untuk show of kekayaan, kedudukan dan jabatan. I would never ever want to be near them ever, for sure!

Perkawinan bagiku adalah satu kali seumur hidup. Hopefully! So, perkawinan ini haruslah sangat special buatku. Harus seperti mimpiku selama ini. Setiap orang terutama perempuan pasti punya atau paling tidak pernahlah memimpikan pesta perkawinannya sama sepertiku. Bedanya, mungkin bentuk perkawinanannya saja. Tentu saja kalau sebuah mimpi bisa terwujud, rasanya akan berbeda. Puas dan senang! Kuyakin aku tidak akan pernah merasa puas dan senang kalau perkawinan ini tidak sesuai dengan mimpiku selama ini.

Kemudian kami berdua tinggal bersama. Tinggal di sebuah rumah yang cukup besar yang berada jauh dari pusat kota. Itu memang sudah jadi keputusan kami berdua. Kami ingin memulai kehidupan kami yang baru tanpa ada campur tangan orang lain. Biarlah kami setiap hari harus berjuang untuk bisa sampai ke 'peradaban', yang penting kami menjalaninya berdua.

Kami berdua juga memutuskan untuk bisa mandiri. Tidak ada istilah bantuan orang tua. Kecuali mobil, karena kami memang butuh dan untuk membelinya sendiri, kami belum mampu. Susah senang ditanggung berdua. Makan nggak makan, yang penting senang.

Aku juga memutuskan untuk berhenti bekerja. Walaupun sebenarnya tidak perlu, tapi aku ingin merasakan sepenuhnya menjadi seorang ibu rumah tangga. Kehidupan yang tidak pernah kubayangkan dan kupikirkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun