Berbeda dengan sup yang berkuah segar, selat Solo yang kami pesan berkuah encer dan rasanya manis. Komposisinya persis seperti makan steak tapi pakai kuah encer. Menu utama dari selat yang saya pesan berupa olahan daging yang terlihat seperti galantin.
Memang ada beberapa jenis untuk menu utama, ada yang memakai daging giling, irisan daging atau galantin seperti yang saya pesan tadi tapi menurut suami saya, yang sering dipakai di acara hajatan di daerahnya adalah selat galantin.
Kedua menu tersebut dikonsumsi tanpa nasi seperti halnya ketika disajikan diacara pernikahan namun bagi mereka yang kurang kenyang dan mau menambahkan nasi tentu tidak dilarang.
Yah, pada akhirnya saya bisa mencicip menu sajian pernikahan tersebut di sebuah warung rumahan di daerah pinggiran kota Solo dengan harga murah meriah. Total yang harus kami bayar hanya 37 ribu rupiah. Murah sekali! Ya Tuhan, seketika saya ingin pindah ke Solo, tapi gaji Jakarta, haha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H