Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mencari Celah Waktu untuk Membaca Buku

6 November 2024   10:13 Diperbarui: 8 November 2024   10:13 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokpri/irerosana

Ada ratusan buku di rak saya, tapi hanya sebagian saja yang sudah dibaca. Kurang lebih itu yang ingin saya sampaikan. Jika membeli buku tapi tidak membacanya adalah sebuah dosa, maka saya tengah menanggung dosa tersebut. Bisa juga  dikatakan saya mengalami tsundoku. Istilah ini berasal dari kata tsunde-oku yang artinya membiarkan benda yang tertulis menumpuk (kompas.id)

Tapi sebenarnya itu tidak seratus persen benar. Saya membeli banyak buku bukan  dengan tujuan tidak membacanya tapi benar -benar untuk dibaca nanti suatu ketika. Sayangnya waktu-waktu yang saya nanti itu tidak datang dengan mudah.  

Setelah dewasa dan menikah ternyata sulit sekali menemukan waktu untuk membaca. Ada-ada saja hal yang harus dikerjakan, ada-ada saja masalah lain yang meminta  perhatian yang memasaklah, menggosok pakaianlah, arisan RT-lah, arisan keluargalah dan tetek bengeknya.

Dalam kondisi yang tidak siap, memaksa diri untuk membaca hanya akan menyeret saya ke  Zoning out. Suatu istilah yang belakang di ulas oleh beberapa teman-teman kompasiana seperti Kazena Krista dan Pangestu Andika Putra.

Zoning out bisa diartikan kehilangan fokus ketika membaca. Seperti kita sudah membaca beberapa halaman tapi tidak tahu apa yang dibaca. Saya kerap mengalaminya, terutama saat membaca dalam kondisi capek atau sedang memikirkan tugas lain yang menunggu untuk diselesaikan.

Yah itu hal paling utama yang menjadi alasan mengapa masih banyak buku berplastik di rak baca saya. Bahkan beberapa buku yang saya bawa untuk donasi buku di acara Kompasianival lalu sebagian masih berplastik, artinya saya sendiri belum membacanya. Ada beberapa yang sengaja saya buka dulu plastiknya biar terkesan sudah dibaca dan entah mengapa saya melakukannya.

Jarang membaca menjadi salah satu hal paling menyedihkan mengingat saya kerap menyebut diri sebagai seorang blogger dan memakai istilah-istilah kutu buku di profil media sosial.

Apalagi setelah membaca tulisan Kazena Krista yang berjudul, "Zoning Out, antara Kebiasaan dan Skala Prioritas" dengan kalimat pembukanya : "Siapa saja yang berani dengan lantang menyebut dirinya pegiat aksara lengkap dengan segala penyebutan "label" yang menyertainya seperti sebagai seorang penulis, blogger, copywriter, scriptwriter, dlsbnya, mustahil bukan seorang pembaca yang tekun."

Bisa dibilang kalimat tersebut cukup menyentil tapi benar dan harus diterima. Mustahil ada seorang penulis yang tidak gemar membaca karena proses awal dari menulis itu sendiri adalah dengan lebih dulu membaca.

Dengan banyak membaca  tulisan kita jadi lebih berisi atau setidak-tidaknya bisa menyusun kalimat dengan lebih baik dan runut. Saya rasa semua penulis sepakat soal itu.

Kalau dipikir-pikir lagi memang sedikit aneh, dulu ketika masih duduk di bangku sekolah saya bisa menamatkan 1 buku bacaan dalam satu hari atau bahkan dalam 2 jam  pelajaran. (Ini bukan sesuatu untuk ditiru tapi) dulu jika saya kurang suka dengan pelajaran atau cara mengajar seorang guru, saya akan banyak menunduk ke bawah dan membaca buku lain.

Bahkan saya pernah punya kartu perpustakaan dobel di sekolah (ini juga bukan sesuatu yang baik) sehingga dalam seminggu saya bisa meminjam 4 buah buku untuk 1 minggu. Belum lagi buku yang saya pinjam dari perpustakaan daerah, sehingga kalau dihitung-hitung saya bisa membaca 6 buku dalam seminggu.

Mengenang kembali dan mengatakan itu semua menghadirkan banyak rasa, bangga karena pernah berada di titik itu tapi sedih karena semakin dewasa malah semakin banyak penurunan. Jangankan 6 buku dalam seminggu, 1 buku untuk sebulan saja belum tentu mampu saya tamatkan.

Rupanya saya tidak sendirian. Banyak kawan lama saya merasakan hal serupa. Sudah lama mereka tidak membaca buku dengan berbagai alasan. Ada yang harus double job menjadi karyawan sekaligus ibu rumah tangga, ada yang kewalahan mengurus anak dan ada yang bahkan pusing hanya dengan melihat buku karena pekerjaan mereka di kantor sudah berat.

Rupanya banyak hal harus direlakan untuk menjadi dewasa dan membina rumah tangga. Banyak hal berjalan tidak sesuai rencana, banyak hobi dan mimpi harus dikubur dalam-dalam. Beberapa di antara kawan saya memilih menyerah dan menerima keadaan tapi beberapa yang lain masih memilih berjuang seperti saya.

Meski kebiasaan membaca berkurang tapi tidak mengurangi kecintaan saya terhadap buku, buktinya saya masih selalu berbinar-binar setiap kali ada event buku atau melihat mereka di deretan etalase toko. Perasaan ingin memiliki mereka dan memindahkannya ke rumah masih ada, itulah mengapa saya terus membelinya.

Saya sadar itu adalah cinta yang salah karena cara terbaik mencintai buku adalah dengan membacanya. Tapi beri saya waktu, saya benar-benar sedang mengupayakannya. Seperti halnya seseorang yang tengah berupaya mengumpulkan uang panai untuk meminang kekasihnya.

Saya mencintai buku sedalam-dalamnya, sebesar-besarnya. Mereka adalah kawan terbaik di masa-masa dulu saya masih sering kelaparan, sendirian dan tak berteman. Sebuah hubungan yang mungkin tidak bisa dimengerti oleh sebagian orang.

Saya tidak ingin jadi seorang yang jahat dan tak tahu caranya berterima kasih, karenanya saya selalu mencari cara untuk bisa membacanya. Mungkin di sela-sela perjalanan dengan kereta, mungkin juga di perpustakaan dekat-dekat rumah atau tengah malam saat semua orang terlelap dan tak ada satu pekerjaan rumahpun yang bisa saya kerjakan. Daoakan saya ya! Dan tetap semangat menghadapi segala keadaan ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun