Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Lifestyle | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menelusuri Jejak Presiden Depok

1 November 2024   23:14 Diperbarui: 1 November 2024   23:19 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Boy loen (dok.pri/irerosana)

Di depan bangunan ini terdapat monumen putih setinggi kurang lebih 3 meter. Monumen ini dibangun sebagai peringatan 200 tahun wafatnya Cornelis Chastelein.

Monumen ini pernah dihancurkan pada tahun 1963 oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab buntut dari penolakan kolonialisme di era Soekarno dan barulah di tahun 2014 lalu monumen ini kembali dibangun.

Semenjak RS Harapan Depok tak beroperasi lagi sejak 2022 lalu, tempat ini menjadi terbengkalai. Atap-atapnya mulai runtuh dan ilalang-ilalang mulai tumbuh. Melihat kondisinya sekarang yang jauh dari harapan sepertinya lebih tepat menyebutnya bangunan angker ketimbang bangunan bersejarah. Sungguh sangat disayangkan!

Puas berkeliling kami pun melanjutkan perjalanan ke bekas rumah presiden Depok terakhir yang bernama Jonathans. Rumah itu berada di seberang gemeente huis. Andai kata kita hidup di masa lalu kita masih bisa melihat jelas rumah itu dari kantor sang presiden tanpa halangan apapun.

Kini rumah tersebut berada tepat di belakang satu rumah. Meski begitu, jejak-jejal kolonial masih terlihat dari jendela dan bentuk bangunannya. Pintu dan jendelanya didominasi oleh jalusi dan krepyak, salah satu ciri khas bangunan era kolonial.

Begitu sampai kami disambut perempuan paruh baya yang belakangan saya tahu adalah cucu dari presiden terakhir Depok. Ia tak banyak bicara, hanya saja terlihat seperti sudah sering mendapat pengunjung seperti kami.

Rumah ini masih ditempati, oleh karenanya kami hanya mengunjungi sebuah ruangan di bagian depannya saja. Isinya kurang lebih barang-barang serta foto-foto yang masih terkait dengan pemerintahan kota Depok  di masa lampau. Selain itu ada juga foto usang presiden terakhir beserta keluarganya.

foto-foto keluarga presiden Depok (dokpri/irerosana)
foto-foto keluarga presiden Depok (dokpri/irerosana)

Setelah sowan ke rumah presiden Depok, kami berjalan ke arah timur menuju kegereja Immanuel yang dulunya dipakai sebagai tempat belajar para budak Chastelein. Gereja ini dulunya bernama Hervormde Kerk (gereja masehi).  Tak hanya sebuah gereja, bangunan ini menjadi saksi bisu pembebasan perbudakan dan kemanusiaan pada masa itu.

Belum puas kami melihat keindahan gereja Immanuel kami sudah diguyur hujan. Akhirnya  kami berteduh di SMP Kasih yang sekaligus menjadi bangunan terakhir yang harus kami kunjungi.

Dulunya bangunan ini bernama Eben Haezer. Di tempat inilah Kaoem Depok berkumpul untuk mengadakan rapat serta mengambil keputusan-keputusan penting. Di tempat ini pula kematian C Chastelein diumumkan pada 28 Juni 1714 yang sekaligus menjadi penanda perpindahan kepemilikan tanah menjadi milik Kaoem Depok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun