Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wayang

23 Oktober 2024   09:49 Diperbarui: 23 Oktober 2024   14:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Betul juga, kita adakan lagi pembuatan wayang, tak hanya itu akan ada sekolah khusus seni wayang; dalang, sinden, gamelan," ucap Prabu. Ia tak menyangka ide seperti itu muncul dari kepala Supri. Briliannya lagi, ia tak perlu menambah pengeluaran biaya sekarang. Tinggal bilang saja nanti setelah dirinya terpilih akan dibuat Kampung Wayang.

Dengan menjual konsep meningkatkan ekonomi warga sekaligus melindungi nilai budaya, ia merasa akan memperoleh banyak suara. Siapa yang tak mau punya tambahan pendapatan di jaman sekarang? Pikir Prabu.

Tiba-tiba saja Prabu merasa menjadi manusia paling cerdas. Tanpa pikir panjang,  ia segera menghubungi wakilnya sebelum idenya melebur ditelan keraguan

Di rumah calon bupati no urut 02

Sudah 10 menit Baskoro membolak-balikkan kertas di hadapannya seolah gerakan yang ia lakukan bisa mengubah angka-angka di dalamnya.

"Huuhhff...." Baskoro mendesah.

Ia tak menyangka menyewa pagelaran wayang akan semahal itu. Wajar saja ia bingung, untuk nyalon Bupati kali ini ia sudah menggadaikan banyak hal; sawah, bengkel motor hingga kios yang ada di dekat alun-alun. Satu-satunya yang masih tersisa hanyalah rumah yang ia tempati sekarang.

Ia tak akan pernah punya pikiran untuk menjualnya karena itu rumah warisan almarhum mertuanya. Kalau sampai lepas, bisa-bisa ia tak hanya kehilangan rumah tapi juga istrinya yang dulu menjadi kembang desa itu.

"Eeee...Pak ngapunten, bukan maksud saya nambah beban pikiran Bapak tapi ada kabar Pak Prabu selain mengundang orkestra Geboy juga akan membangun Kampung Wayang kalau nanti kepilih, Pak," Paimo ajudan si Baskoro yang sedari tadi terdiam mencoba memulai pembicaraan.

Tentu Paimo hanya basa basi soal " bukan bermaksud menambah beban pikiran," informasi yang dibawanya jelas semakin membuat pikiran Baskoro carut marut.

" Wes tak batin! Bocah siji kui, rak gelem kalah pasti, Mo! Kok yo rak kreatif, isone mung niru-niru!" ucap Baskoro kesal dengan lawan
politiknya yang usianya jauh lebih muda itu.

Baskoro merasa dicurangi. Padahal susah payah ia mencari ide soal wayang. Sekarang semua terasa sia-sia karena Prabu memoles idenya. Yang semakin membuat Baskoro kesal, Prabu hanya mengumbar janji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun