Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dari Kecanduan Digital hingga Isu Kesehatan Mental

9 Oktober 2024   07:09 Diperbarui: 9 Oktober 2024   14:51 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dilihat dari sisi sosial, platform digital menjadi tempat nyaman bagi mereka yang merasa kurang dukungan secara emosional, mengalami ansietas serta depresi untuk mencari hiburan.

Selain itu platform sosmed juga disinyalir mendorong validation-seeking behavior melalui adanya like dan comment yang mengarah pada peningkatan interaksi.

Kehidupan ideal yang diperlihatkan di sosmed juga memicu perasaan inadequacy (kekurangan) dan mendorong seseorang untuk terus menggunakannya. Di samping itu dari sisi teknologi, fitur-fitur gadget terus menerus diupdate menjadi lebih menarik, membuat seseorang enggan meninggalkannya.

Baik dari sisi psikologi, sosial hingga teknologi yang dirancang sedemikian rupa membuat seseorang candu dan banyak menghabiskan waktunya di dunia digital. Masalahnya kecanduan semacam ini memiliki dampak buruk baik secara fisik maupun mental.

Dokter Lahargo juga menyampaikan beberapa efek dari kecanduan digital di antaranya gangguan kesehatan mental dan emosional, kesehatan fisik terganggu, penurunan kinerja akademis dan profesional, dampak negatif pada hubungan interpersonal, masalah finansial, isolasi sosial hingga masalah yang berkaitan dengan hukum.

Terkadang seseorang mungkin tidak merasa bahwa mereka sudah masuk dalam fase stress, padahal beberapa cirinya sudah terlihat seperti contohnya moody, mudah marah atau tersinggung, gelisah, merasa kesepian meski di tengah keramaian, sering bersedih, perubahan nafsu makan, sulit tidur, sering menunda-nunda pekerjaan, overthinking, sulit berkonsentrasi hingga gampang lupa.

Kecanduan ini juga berpengaruh terhadap hubungan dengan orang lain. Banyak sekali dari kita yang saat berkumpul dengan kawan atau keluarga tapi malah sibuk bermain Ponsel. Mungkin kita menyimak atau ikut diskusi namun mata tetap tidak bisa lepas dari ponsel.

Hal ini seperti ini tentu menyebalkan bagi lawan bicara. Bisa-bisa mereka merasa tidak dianggap atau bahkan merasa tidak lebih penting dari sebuah ponsel.

Jika sudah ditahap ini agaknya kita perlu membatasi atau menghentikan sejenak aktivitas yang berhubungan dengan ponsel maupun internet atau istilah populernya adalah detox gadget atau detoksifikasi digital. Fokusnya adalah mengurangi atau tidak menggunakan gadget untuk mengurangi kecanduan serta meningkatkan aktivitas sosial.

Detoksifikasi digital bukan hal baru, beberapa publik figur terpantau pernah melakukannya. Contohlah Eva Celia yang mengaku sudah terlalu banyak menggunakan media sosial atau Tatjana Shapira yang merasa perlu melakukannya untuk menghindari komentar-komentar negatif dari warga net.

CEO perusahaan Salesforce, Marc Benioff juga pernah mengumumkan bahwa dirinya menjalani detox digital selama 10 hari saat berlibur ke Polinesia Perancis. Benioff merasa sudah kecanduan dengan perangkat dan perlu meninggalkan semuanya untuk sementara waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun