Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Belanja Aman Buat si Paling Enggak Enakan

18 September 2024   19:12 Diperbarui: 18 September 2024   20:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dok.pri/irerosana

Pernahkah kalian berniat membeli sesuatu tapi malah jadinya membeli hal lain karena rayuan sales atau pramuniaga? Saya termasuk salah satunya. Memang ada beberapa orang yang tipenya enggak enakan atau sering merasa sungkan.

Orang dengan tipe ini sering mendapat trouble ketika membeli sesuatu. Bagaimana tidak, mereka sering kebobolan membeli barang yang mungkin tidak dibutuhkan atau barang yang memang sedang dicari tapi dengan harga melebihi budget yang disiapkan.

Sebagai orang yang enggak enakan, saya sering mengalami kejadian tersebut. Pernah suatu ketika di awal-awal pernikahan kami berniat membeli TV baru, karena kami tidak punya referensi akhirnya malah membawa pulang TV harga 5 juta. Padahal budget yang kami siapkan untuk TV di bawah 3 juta saja.

Sales yang melayani kami cukup piawai dan handal dalam bekerja.  Ia tidak hanya memberikan penawaran secara mendetail tapi juga terlihat sibuk sedemikan rupa untuk menunjukkan seluruh fitur-fiturnya. Perlahan-lahan timbul rasa sungkan dan tidak enak kalau tidak jadi membeli. Padahal kalau dipikir-pikir itu memang pekerjaan mereka, tapi ya itu tadi namanya juga enggak enakan.

Hal ini terus berulang seperti ketika membeli sofa, mesin cuci, tas, sepatu dan kawan-kawannya. Paling parah, kami pernah pergi ke toko buku -yang tentunya untuk membeli buku- tapi malah membawa pulang gitar. Di toko buku saya tertarik untuk mampir ke area gitar. Tangan saya menyentuh senar dari beberapa gitar yang dipajang di area bawah.

"Boleh dicobain Kak" kata si pramuniaga.

Tanpa berlama-lama ia langsung mengambil gitar dan menyodorkan kepada saya.  Mau tak mau saya pun mencoba memainkannya. Terlihat saya tertarik ia pun meluncurkan seribu jurus, mulai dari menjelaskan karakteristiknya, bertanya jenis gitar yang saya punya, jenis senar yang disukai apakah string ataukah nylon, sampai mengambil gitar-gitar lain yang ia nilai sesuai dengan kebutuhan saya. Ujung-ujungnya apa? saya tidak jadi membeli buku tapi malah membawa pulang gitar seharga satu jutaan.

Apa yang saya alami sama dengan beberapa ciri dari people pleasure. Menurut psikolog UGM Smita Dinakaramani yang dikutip dari laman resmi ugm.ac.id, salah satu ciri people pleasure adalah memprioritaskan kepentingan maupun perasaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Bisa jadi kepentingan tersebut juga akan merugikan dirinya sendiri.

Seperti halnya yang saya rasakan ketika berbelanja, timbul rasa tidak enak kalau menolak tawaran si pramuniaga. Berbagai pikiran hadir mengganggu saya dan membuat tidak nyaman. Bagaimana jika dia kecewa dengan penolakan saya? Bagaimana jika ternyata dia belum berhasil menjual satupun? Bagaimana jika saya menjadi satu-satunya harapannya menjual produk? Kurang lebih seperti itu rasanya.

Memang aneh untuk dicerna tapi memang begitulah adanya. Ada kekhawatiran melukai perasaan orang lain jika saya menolak permintaannya. Soal berbelanja, orang dengan tipe enggak enakan memang sedikit mengkhawatirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun