Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Indonesia Darurat Buku Bajakan!

14 September 2024   08:04 Diperbarui: 14 September 2024   08:05 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan lalu Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) merilis daftar toko buku bajakan yang tersebar di 2 marketplace raksasa di Indonesia. Jumlahnya bahkan ada lebih dari 50 toko. Banyak penerbit mengunggah ulang dan turut mengimbau untuk berhati-hati dalam membeli buku.

Info seperti itu tentunya sangat membantu mereka yang masih awam soal buku. Jangankan membedakan toko buku online, membedakan buku secara fisik antara original dan bajakan saja belum tentu bisa.

Padahal sebenarnya kalau dilihat secara fisik sangat terlihat perbedaannya. Terutama dari segi jenis kertas di mana buku asli lebih bagus dan kualitas cetakan lebih rapi. Dari segi harga, buku palsu tentunya jauh lebih murah dibanding harga pasaran. Beberapa buku original juga membuat cover yang lebih eksklusif seperti memakai huruf timbul serta lapisan hologram.

Di luar itu hal paling mudah yang bisa dilakukan adalah membeli buku di toko buku terpercaya atau official store. Yang sulit justru ketika mau membeli buku bekas karena tidak dijual di toko besar sekelas Gramedia. Jika beli buku bekas secara offline saya masih bisa membedakannya tapi kalau online memang harus lebih jeli. Saya biasanya akan memastikan lebih dulu dengan cara bertanya apakah buku tersebut benar-benar original atau tidak.

Lalu bagaimana dengan mereka yang sebenarnya sadar bahwa itu buku bajakan tapi tetap dibeli? Ya cepat-cepatlah bertobat! Mencari ilmu pengetahuan adalah niatan yang sangat baik jadi alangkah baiknya diawali dan dilakukan dengan cara yang baik.

Sebetulnya seruan mengenai buku bajakan sudah ada sedari dulu meski gaungnya tak sebesar isu-isu politik. Yah, mungkin buku di negeri ini masih dianggap barang sepele yang tidak berimbas kebanyak hal. Bahkan para penulis sendiri yang harus berteriak-teriak untuk menstop pembajakan sementara hukum yang digadang-gadang malah jalan ditempat.

Hal lain yang menambah sulit pemberantasan buku bajakan adalah adanya statement bahwa setiap orang berhak mendapatkan ilmu dengan harga paling murah. Kalimat yang sangat keblinger sekali! Yang benar adalah, mendapat ilmu pengetahuan tidak harus dengan mencuri atau merugikan orang lain.

Ada banyak cara untuk bisa mendapat akses buku dengan minim biaya seperti contohnya pergi ke perpustakaan, pinjam ke orang lain, mencari diskon di pameran buku, mencari gratisan lewat event-event tertentu, bertukar dengan book lovers dan masih banyak lagi. Pada intinya kalau mau sedikit biaya ya memang harus banyak usaha.

Sementara kalau membeli buku bajakan persoalannya akan lebih panjang dan dalam. Ada hak orang lain yang harus direnggut. Tak hanya penulis tapi seluruh orang yang terlibat dari mulai pembuatan hingga diedarkan ke pasaran. Mulai dari penulis, orang-orang yang bekerja di penerbitan hingga orang-orang yang bekerja di bookstore jelas terkena imbas.

Nasib malang memang sedang menimpa para penulis, belum kelar persoalan tentang pajak royalti, mereka juga harus berhadapan dengan para pembajak buku. Persoalan ini tidak bisa dianggap sepele karena menyangkut siklus hidup buku. Buku-buku bajakan yang dibiarkan terus menerus akan menghambat bahkan mematikan siklusnya.

Jadi seruan ini teruntuk para pembajak buku dan pembelinya. Mari bersama-sama menjaga siklus hidup buku dengan tidak mencetak maupun membeli buku bajakan! Akhir kata, STOP BUKU BAJAKAN!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun