Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Indonesia Darurat Buku Bajakan!

14 September 2024   08:04 Diperbarui: 15 September 2024   09:34 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokpri/irerosana

Apa jadinya jika buku bajakan dibawa ke hadapan sang penulis asli? Sungguh adegan diluar nalar tapi sayangnya kejadian itu benar-benar terjadi.

Baru-baru ini penulis novel J.S Khairen membagikan video pengalamannya bertemu buku bajakan pada sesi minta tanda tangan. Ya buku bajakan itu dimintakan tanda tangan ke penulis aslinya! Bukan main kelakuan anak-anak jaman sekarang!

Sontak ia langsung menegur si empunya. J.S Khairen juga memberi penjelasan bahwa itu buku bajakan bahkan ia membandingkan langsung buku tersebut dengan yang asli. Ia juga mengulang pernyataan beberapa kali bahwa buku tersebut tidak mungkin dijual oleh Gramedia.

"Gramedia itu tidak mungkin menjual buku yang mereka cetak bajakan," kata penulis novel "Kami (bukan) Sarjana Kertas" tersebut.

J.S Khairen mengaku sedih dan menganggap momen ini adalah kehancuran terburuknya selama menjadi penulis.

Di dunia literasi bisa dibilang kejadian seperti ini memilukan dan memalukan. Pilu bagi sang penulis dan malu bagi si pemilik buku. Pertanyaannya, kok bisa ya orang membawa buku bajakan ke hadapan penulisnya langsung?

Sebetulnya insiden semacam ini pernah juga terjadi kepada Dewi Lestari dalam sesi jumpa fans. Kala itu seorang fans meminta tanda tangan Mbak Dee dan langsung ditolak karena buku yang dibawanya adalah buku bajakan.

Melihat momen seperti itu saya curiga kalau sang pembawa buku tak tahu menahu bahwa buku yang dibawanya adalah buku bajakan. Itu pilihan paling manusiawi sementara misalkan pun ternyata ditemukan ada unsur kesengajaan maka ini akan menjadi drama horor dengan episode yang sangat panjang.

Benarkah ada orang yang tidak bisa membedakan buku asli dan bajakan? Ada dan banyak. Mungkin hal ini terdengar aneh di telinga book lovers tapi bagi orang-orang yang awam dengan buku atau tau buku hanya sekenanya, mereka tidak bisa membedakan buku asli dan buku bajakan.

Terlebih di jaman digital seperti sekarang di mana banyak sekali penjual buku online yang tersebar di pelbagai marketplace. Pembeli dituntut harus lebih jeli dan waspada agar tidak salah order. Banyak penjual buku bajakan berkeliaran bebas di mana-mana.

Beberapa bulan lalu Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) merilis daftar toko buku bajakan yang tersebar di 2 marketplace raksasa di Indonesia. Jumlahnya bahkan ada lebih dari 50 toko. Banyak penerbit mengunggah ulang dan turut mengimbau untuk berhati-hati dalam membeli buku.

Info seperti itu tentunya sangat membantu mereka yang masih awam soal buku. Jangankan membedakan toko buku online, membedakan buku secara fisik antara original dan bajakan saja belum tentu bisa.

Padahal sebenarnya kalau dilihat secara fisik sangat terlihat perbedaannya. Terutama dari segi jenis kertas di mana buku asli lebih bagus dan kualitas cetakan lebih rapi. Dari segi harga, buku palsu tentunya jauh lebih murah dibanding harga pasaran. Beberapa buku original juga membuat cover yang lebih eksklusif seperti memakai huruf timbul serta lapisan hologram.

Di luar itu hal paling mudah yang bisa dilakukan adalah membeli buku di toko buku terpercaya atau official store. Yang sulit justru ketika mau membeli buku bekas karena tidak dijual di toko besar sekelas Gramedia. Jika beli buku bekas secara offline saya masih bisa membedakannya tapi kalau online memang harus lebih jeli. Saya biasanya akan memastikan lebih dulu dengan cara bertanya apakah buku tersebut benar-benar original atau tidak.

Lalu bagaimana dengan mereka yang sebenarnya sadar bahwa itu buku bajakan tapi tetap dibeli? Ya cepat-cepatlah bertobat! Mencari ilmu pengetahuan adalah niatan yang sangat baik jadi alangkah baiknya diawali dan dilakukan dengan cara yang baik.

Sebetulnya seruan mengenai buku bajakan sudah ada sedari dulu meski gaungnya tak sebesar isu-isu politik. Yah, mungkin buku di negeri ini masih dianggap barang sepele yang tidak berimbas ke banyak hal. Bahkan para penulis sendiri yang harus berteriak-teriak untuk menstop pembajakan sementara hukum yang digadang-gadang malah jalan ditempat.

Hal lain yang menambah sulit pemberantasan buku bajakan adalah adanya statement bahwa setiap orang berhak mendapatkan ilmu dengan harga paling murah. Kalimat yang sangat keblinger sekali! Yang benar adalah, mendapat ilmu pengetahuan tidak harus dengan mencuri atau merugikan orang lain.

Ada banyak cara untuk bisa mendapat akses buku dengan minim biaya seperti contohnya pergi ke perpustakaan, pinjam ke orang lain, mencari diskon di pameran buku, mencari gratisan lewat event-event tertentu, bertukar dengan book lovers dan masih banyak lagi. Pada intinya kalau mau sedikit biaya ya memang harus banyak usaha.

Sementara kalau membeli buku bajakan persoalannya akan lebih panjang dan dalam. Ada hak orang lain yang harus direnggut. Tak hanya penulis tapi seluruh orang yang terlibat dari mulai pembuatan hingga diedarkan ke pasaran. Mulai dari penulis, orang-orang yang bekerja di penerbitan hingga orang-orang yang bekerja di bookstore jelas terkena imbas.

Nasib malang memang sedang menimpa para penulis, belum kelar persoalan tentang pajak royalti, mereka juga harus berhadapan dengan para pembajak buku. Persoalan ini tidak bisa dianggap sepele karena menyangkut siklus hidup buku. Buku-buku bajakan yang dibiarkan terus menerus akan menghambat bahkan mematikan siklusnya.

Jadi seruan ini teruntuk para pembajak buku dan pembelinya. Mari bersama-sama menjaga siklus hidup buku dengan tidak mencetak maupun membeli buku bajakan! Akhir kata, STOP BUKU BAJAKAN!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun