Di luar apakah mereka dibayar ataukah tidak, pengaruh selebritas dalam pilpres memang dinilai cukup besar. Mereka berpotensi untuk mempengaruhi suara-suara generasi muda. Hal ini lumrah terjadi dan tidak hanya di Indonesia. Gavin Newsom selaku gubernur California bahkan menyebut Taylor Swift akan punya pengaruh yang sangat besar pada pilpres Amerika 2024.
Di Indonesia sendiri para paslon berebut dukungan suara dari para selebritas. Salah satu pemicunya tak lain adalah jumlah pemilih dari generasi muda yang angkanya cukup besar.
Berdasarkan daftar Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih muda mencapai 106.358.447 juta jiwa. Angka tersebut memenuhi 52% dari total pemilih pemilu secara keseluruhan. Batasan pemilih muda yang dimaksud adalah mereka dengan rentang usia 17 hingga 40 tahun atau bisa disebut gabungan dari gen Millenial dan gen Z.
Ditambah lagi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) menyebut bahwa pengguna internet di Indonesia pada awal 2024 sudah mencapai 221,5 juta jiwa dengan didominasi oleh gen Z (usia 12 hingga 27 tahun).
Angka yang sangat menggiurkan untuk dibiarkan begitu saja oleh para paslon. Sayangnya, pemakaian strategi ini cukup menyulitkan kita sebagai pemilih. Â Yang terjadi sekarang adalah kita kesulitan untuk membedakan mana dari mereka yang tulus mendukung dan mana pula yang dibayar.
Memang beberapa dari mereka mengklaim bahwa dukungannya tulus tanpa dibayar. Tapi kita hanya bisa mengandalkan keyakinan dan tidak benar-benar tahu. Fans cenderung akan membela idolanya dan menganggap bahwa pikiran mereka benar. Contohnya saya sendiri akan cenderung membela Fedi Nuril dan membenarkan pernyataannya.
Keberadaan para seleb-seleb itu sebetulnya ada untungnya untuk kita sebagai penggemar. Terlebih mereka yang memaparkan alasan mengapa memilih salah satu paslon. Kita bisa menggunakan alasan tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk memilih paslon mana yang paling baik.Â
Lantas apakah kita sebagai fans atau follower juga harus memilih pilihan idola kita? Tentu saja tidak. Kita bisa saja memakai pilihan mereka sebagai bahan referensi namun pada akhirnya keputusan tetap ada di tangan kita sendiri.
Kita bertanggungjawab atas apa yang kita pilih sementara idola kita tidak punya tanggung jawab atas apa yang kita pilih. Mengapa begitu? Karena oleh negara, kita sudah dianggap memenuhi syarat pemilih dalam pemilu dan dianggap sudah dewasa secara hukum.
Kita dipercaya mampu mengambil keputusan-keputusan yang akan memberikan dampak bagi masa depan negeri ini. Â Sudah selayaknya kita gunakan kepercayaan itu secara baik dan maksimal. So, tetaplah berusaha memilih dengan bijak!
Apapun itu, entah berbeda pilihan atau tidak, saya tetap menjadi fans setia Fedi Nuril dan selalu menunggu karya-karyanya. Salam.