Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Main ke Depok Open Space, Ruang Terbuka Publik Senilai 4,4 Miliar

10 Januari 2024   09:21 Diperbarui: 10 Januari 2024   09:33 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu saya menyempatkan waktu menengok Depok Open Space (DOS) yang letaknya di jalan Margonda atau tepatnya di depan Balaikota Depok. Pasca diresmikan tanggal 23 Desember 2023 lalu, DOS menambah jumlah ruang terbuka publik yang ada di kota Depok.

Sebelumnya sudah ada 2 ruang terbuka publik (level kota) yang ada di tengah masyarakat yaitu Taman Lembah Gurame yang terletak di Pancoran Mas serta Taman Alun-alun Kota yang terletak di Grand Depok City. Selain DOS yang baru saja diresmikan, ada juga Taman Alun-alun dan Hutan Kota yang saat ini masih dalam proses pengerjaan.

Luas DOS sendiri hanya 2444 meter persegi. Tidak lebih luas jika dibandingkan dengan Taman Lembah Gurame yang mencapai 3,3 hektar serta Taman Alun-alun kota yang mencapai 3,9 hektar. Maklum saja, DOS dibangun di tengah jantung kota Depok dengan memanfaatkan lahan terbatas dari Balaikota. Wajar jika luasnya hanya satu sapuan pandang orang yang datang.

Kabarnya Taman Alun-Alun dan Hutan Kota yang kini tengah dibangun di daerah Sawangan nantinya juga akan lebih luas yaitu mencapai 2,3 hektar.

Bentuk DOS sendiri memanjang  ke samping dengan lingkaran di titik tengah yang berfungsi sebagai panggung utama. Di sekeliling lingkaran ada kolam air mancur. Ketika saya datang kolam kecil itu seolah tertidur. Tak ada atraksi maupun pergerakan. 2 tribun setengah melingkar dengan tempat duduk berjenjang berdiri kokoh di belakang si pusat lingkaran.

Penampakan panggung dan tribun Depok Open Space ( sumber : Dok.pri/irerosana
Penampakan panggung dan tribun Depok Open Space ( sumber : Dok.pri/irerosana

Di sebelah kanan tak jauh dari area utama terdapat mini playground dengan beberapa permainan. Hanya segelintir saja. Sebuah perosotan, ayunan dan wahana mirip Merry Go Around berwarna orange yang bisa berputar dengan mengeluarkan sedikit effort.

sumber : dok.pri/Irerosana
sumber : dok.pri/Irerosana

Di sebelah kiri terdapat perpustakaan dengan bangunan melingkar dan tidak terlalu luas. Koleksinya belum lengkap dan jumlanya masih terbatas. Deretan buku motivasi, agama, bisnis serta buku-buku anak tersusun seadanya di rak-rak berbentuk vertikan dan horizontal.

"Hanya bisa dibaca di tempat, kalau di bawa ke luar (luar area perpus) takutnya tidak terkontrol," kata si penjaga.

Ia menambahkan, jika ingin membawa pulang, lebih disarankan untuk meminjam di perpustakaan Kota Depok yang letaknya hanya beberapa meter di belakang si perpustakaan mini.

Melihatnya jaraknya yang hanya sejengkal, bisa dibilang perpustakaan DOS hanyalah perpanjangan tangan dari Perpustakaan Kota Depok. Meski begitu bisa juga dibilang sebagai upaya jemput bola karena letak perpustakaan utamanya lebih menjorok ke dalam dan kurang terlihat oleh publik.

Meski tidak terlalu besar namun perpustakaan DOS di lengkapi dengan tempat duduk, meja serta air conditioner. Selain benar-benar membaca buku, pengunjung juga bisa ngadem dengan dalih pura-pura membaca.

Target utama dari perpustakaan mini ini tentu saja para pengunjung DOS serta orang-orang yang bekerja di sekitaran Balaikota itu sendiri. Pengunjungnya sejauh ini belum banyak mengingat usianya yang masih seumur jagung.

Perpustakaan di Depok Open Space (sumber : dok.pri/irerosana
Perpustakaan di Depok Open Space (sumber : dok.pri/irerosana

sumber : dok.pri/irerosana
sumber : dok.pri/irerosana

Di malam hari area Depok Open Space berubah lebih hangat dan bersinar. Lampu-lampu diletakkan di berapa titik termasuk di area melingkar dan tribun.

sumber : tangkapan layar ig @depokopenspace
sumber : tangkapan layar ig @depokopenspace

Sayangnya saja justru ke sana menjelang tengah hari. Tak ada orang datang ke taman di tengah terik panasnya depok kecuali mereka keras kepala, seperti saya. Tak ada tempat berteduh. Satu --satunya tempat berteduh dari panas dan hujan ya perpustakaan mini tadi.

Sayangnya, tempat tersebut belum dilengkapi dengan fasilitas toilet sehingga jika kebelet satu-satunya tempat terdekat yang bisa dijangkau ya Perpustakaan Kota Depok atau mall terdekat seperti ITC dan Ciplaz.

Ada beberapa pedagang kaki lima seperti penjual rujak, mie ayam serta tarling terpantau di sekitaran area DOS. Karena tak begitu lengkap, saya memilih berjalan 270 meter ke arah utara menuju ITC untuk makan siang.

Menjelang sore, beberapa pengunjung sudah mulai terlihat. Kebanyakan dari mereka adalah para ibu yang mengantar anaknya untuk bermain di playground.

Tinggal di kota padat penduduk menyebabkan kebutuhan akan ruang terbuka publik semakin tak terhindarkan. Kota Depok sendiri memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 10.000 jiwa/ km persegi dengan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 40 -- 45 ribu pertahun.

Walikota Depok, Mohammad Idris, menyebut 71% warga Depok berada di usia produktif yaitu 15 -- 64 tahun. Hal ini menambah jumlah kebutuhan akan ruang kreasi dan ekspresi di kota Depok.

Ruang publik sendiri bisa diartikan sebagai fasilitas publik yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat secara bebas. Fungsinya antara lain sebagai wadah aktivitas serta kreativitas masyarakat sekitar.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemkot Depok sejauh ini juga telah membangun taman-taman di level kelurahan dengan luas 500 hingga 1000 meter yang tersebar di 63 kelurahan.

DOS sendiri dibangun dan disebut-sebut menelan APBD sebanyak 4,4 miliar. Kabarnya ini pun baru tahap satu sementara tahap 2 baru akan dilaksanakan tahun 2024 ini. Mohammad Idris menyebut bahwa pembangunan tahap 2 akan memakan biaya hingga 11 miliar.

Malam pergantian tahun lalu, Depok Open Space menjadi salah satu titik baru yang di buru warga untuk menonton kembang api. Hadir juga Wali Kota bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) kota Depok yang turut memeriahkan malam penyambutan tahun 2024 lalu.

Untuk dikedepannya, DOS bisa dimanfaatkan untuk berbagai acara seperti musik, stand up comedy, temu komunitas atau sekadar tempat janji kencan dengan seseorang.

Selain kegiatan-kegiatan yang sudah terorganisir, saya pribadi mungkin akan lebih sering mengunjunginya di malam hari. Selain menghindari panas, nuansa lampu malam di Depok Open Space lumayan menarik perhatian untuk sekadar nongkrong sembari makan siomay atau berbincang dengan kawan atau pasangan ketika suntuk di rumah.

Sementara untuk kegiatan-kegiatan berbau olahraga sepertinya saya lebih nyaman ke Taman Alun-Alun GDC karena fasilitasnya lebih lengkap dan areanya lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun