Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengawali Tahun dengan Bersyukur Tinggal di Indonesia

4 Januari 2024   10:12 Diperbarui: 4 Januari 2024   14:35 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: unsplash.com/Holly Mandarich

Negara tetangga memang terlihat lebih cantik dan nyaman jika dijadikan destinasi liburan, namun untuk tinggal jangka panjang, berbagai borok dan kekurangan pun sedikit-sedikit mulai terlihat.

Masih ingat dengan kasus Neo Japan, seorang youtuber asal Indonesia yang menikah dengan orang Jepang dan menetap di Jepang? Pintu tempat tinggalnya pernah diketuk oleh polisi hanya gara-gara ia menegur sapa seorang bocah. Suatu hal yang lumrah sekali jika dilakukan di Indonesia, bukan? Bahkan pria bernama asli Dian itu harus menandatangani dokumen perjanjian untuk memastikan kejadian tersebut tidak terulang.

Di jepang terlalu ramah kepada orang asing rupanya bisa dianggap sebagai ancaman. Bisa dibayangkan,  kelas negeri ini yang punya kebiasaan sedikit-sedikit harus bertegur sapa dengan tetangga atau orang yang dijumpai, terlebih di daerah kampung.

Coba bayangkan, cuma menyapa"mau ke mana, Bu, Pak?" doang tiba-tiba harus berujung ke kepolisian. Tiba-tiba ada polisi datang dan bilang, "maaf anda di laporkan oleh Pak Bagong karena tadi anda menyapanya di jalan!" Lah!? Hahaha, menyebalkan, bukan?

Bersyukur bahwa kita bisa tinggal di negara KEPOlauan di mana jangankan menegur sapa, bertanya "hari ini masak apa? Itu yang semalem dateng siapa? sudah isi belum? sudah nikah belum?" yang meski sedikit menyebalkan tapi tak ada yang sampai bawa-bawa pihak kepolisian.

Hal lain yang perlu disyukuri adalah kita bebas masak makanan apa saja meski baunya menyengat. Pernah ramai di jagad twitter cerita seorang warga Malaysia yang tinggal di Perancis lagi-lagi di datangi pihak kepolisian atas laporan dari tetangganya. Katanya ada bau menyengat dan ditakutkan itu adalah bau mayat. Padalah yang terjadi adalah si warga Malaysia tersebut tengah memasak sambal Belacan. Aroma terasi dianggapnya aroma mayat.

Lah di Indonesia, jangankan terasi, ikan asin, jengkol, petai, durian, saling lewat ke pintu-pintu tetangganya tanpa perlu permisi. Hal sekecil itu pun mungkin kita mulai lupa mensyukuri. Kalaupun masih susah, coba bayangkan kita tidak bisa lagi memasak atau memakan aneka makanan kesukaan yang kebetulan baunya menyengat itu? Atau kita harus berpikir keras bagaimana caranya agar baunya tidak sampai ke hidung tetangga. Bukankah itu menyusahkan?

Mari kita gali lagi hal yang bisa membuat kita lebih bersyukur tinggal di negeri ini. Kalau tadi soal indera penciuman, sekarang beralih ke indera pendengaran. Tahun 2022, youtuber Jang Hansol atau yang dikenal akunnya dengan nama Korea Reomit pernah membahas mengenai toleransi yang sangat rendah di Korea.

Ceritanya, si Hansol baru pindah ke apartemen baru dan sudah mendapat beberapa kali teguran dari tetangganya karena dianggap berisik. Puncaknya si tetangga sampai mengirim surat dan menempelkannya di depan pintu apartemennya. Isinya kurang lebih kekecewaan dan rasa terganggu dengan suara dug dug dug yang datang dari tempat Hansol. Mereka juga protes ada suara TV di tengah malam.

Padahal Hansol sedang bekerja dan merasa sudah menyetel speaker dengan suara yang cukup pelan. Meski ditegur tidak sesuai prosedur (prosedur seharusnya adalah lapor ke pihak manajemen apartemen) namun ia memilih membalas dengan memberi penjelasan sembari menyisipkan beberapa buah-buahan.

Hansol juga bercerita mengenai tempat tinggal kakaknya yang kondisinya kurang lebih serupa. Saking sensitifnya suara di sana hingga kakaknya menyuruh anaknya yang baru berusia 3 tahun untuk berjalan dengan berjinjit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun